Teori - Teori Belajar
Dalam psikologi dan pendidkan,
pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses
yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman
untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan’s pengetahuan satu,
keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada
apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang
terjadi merupakan teori-teori belajar.Teori belajar adalah
upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu
kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran.
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori
belajar, yaitu: behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme
. Behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran.Teori
kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis
otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana
pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
B.TEORI BEHAVIORISME
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori
ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap
arah pengembangan teori dan praktik pendidikan
dan pembelajaran
yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Behaviorisme merupakan salah aliran
psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan
mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui
adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga
menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Belajar merupakan
akibat adanya interaksi
antara stimulus
dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika
dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon
berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh
guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting
untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang
dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan
oleh guru (stimulus)
dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting
untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh
aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan
ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula
bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga
semakin kuat.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi:
(1)
Reinforcement and Punishment
(2)
Primary and Secondary
Reinforcement
(3)
Schedules of Reinforcement
(4)
Contingency Management
(5)
Stimulus Control in Operant
Learning
(6)
The Elimination of Responses
(Gage, Berliner, 1984).
Teori ini juga menghasilkan bebeapa hokum belajar,diantaranya :
1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
- Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
- Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
- Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
- Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
- Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan
selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya :
- Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
- Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa
yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek
yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa
didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer
itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan
timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai
pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
4. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori
observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih
baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut
Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata
refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang
timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu
itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari
individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation)
dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang
pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment,
seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang
perlu dilakukan.
KELEBIHAN TEORI
BEHAVIORISTIK
- Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimulus lainnya dan seterusnya sampai reson yang diinginkan muncul
- Tori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur kecepatan,spontanitas,dan daya tahan
- Teori behavioristik juga cocok diginakan untuk melatih anak-anak yang msih membutuhkan dominasi peran orang dewasa,suak mengulangi dan dibiasakan,suka meniru dan sengan dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung.
KEKURANGAN TEORI
BEHAVIORISTIK
- Cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir linier,konvergen,tidak kreatif,tidak roduktif dan cenderung mendudkkan siswa sebagai individu yang pasif
- Pembelajaran siswa yang berpusat oada guru dan bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan di ukur.
- Penerapan metode yang salah dalam pembeljaran mengakibatkan terjadinya poses oembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa.
A.
TEORI BELAJAR KOGNITIF
Peneliti yang mengembangkan kognitif ini
adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing
memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan
(organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Menurut Ausubel,
konsep tersebut dimaksudkan untuk penyiapan struktur kognitif peserta didik
untuk pengalaman belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan
bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh
informasi dari lingkungan.
Bruner mengembangkan teorinya tentang perkembangan intelektual,
yaitu:
1.
enactive, dimana seorang
peserta didik belajar tentang dunia melalui tindakannya pada objek
2.
iconic, dimana belajar terjadi
melalui penggunaan model dan gambar
3.
symbolic yang mendeskripsikan
kapasitas dalam berfikir abstrak
Prinsip-Prinsip Konsep Belajar Kognitivisme
Prinsip-prinsip teori belajar bermakna
Ausebel ini dapat diterapkan dalam
proes belajar mengajar melalui tahap-tahap sebagai berikut:
proes belajar mengajar melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. mengukur kesiapan peserta didik seperti
minat, kemampuan dan struktur kognitifnya melalui tes awal, interview, review ,
pertanyaanpertanyaan dan lain-lain tehnik
2. memilih materi-materi kunci, lalu
menyajikannya dimulai dengan contoh-contoh kongkrit dan kontraversial
3. mengidentifikasi prinsip-prinsip yang
harus dikuasi dari materi baru itu
4. menyajikan suatu pandangan secara
menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari
5. memakai advance organizers
6. mengajar peserta didik memahami
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
ada dengan memberikan fokus pada hubungan-hubungan yang ada
Menurut Hartley & Davies (1978),
prinsip-prinsip kognitifisme dari beberapa contoh diatas banyak diterapkan
dalam dunia pendidikan khususnya dalam melaksanakan kegiatan perancangan
pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut adalah
1. Peserta didik akan lebih mampu mengingat
dan memahami sesuatu apabila pelajaran
tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
2. Penyusunan materi pelajaran harus dari
yang sederhana ke yang rumit. Untuk dapat melakukan tugas dengan baik peserta
didik harus lebih tahu tugas-tugas yang bersifat lebih sederhana
3. Belajar dengan memahami lebih baik dari
pada menghapal tanpa pengertian. Sesuatu yang baru harus sesuai dengan apa yang
telah diketahui siswa sebelumnya. Tugas guru disini adalah menunjukkan hubungan
apa yang telah diketahui sebelumnya
4. Adanya perbedaan individu pada siswa
harus diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi proses belajar siswa.
Perbedaan ini meliputi kemampuan intelektual, kepribadian, kebutuhan akan
suskses dan lain-lain. (dalam Toeti Soekamto 1992:36)
Peranan Model Kognitivisme dalam Pembelajaran
Belajar : Belajar kognitif
Karakteristik Teori :
Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.Perubahan
persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa
diamati. Setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan didalam dirinya.
Belajar : Kognitif Bruner
Belajar : Kognitif Bruner
Karakteristik Teori :
Model ini sangat membebaskan peserta didik
untuk belajar sendiri. Teori ini mengarahkan peserta didik untuk belajar secara
discovery learning.
Langkah penerapan dalam pembelajaran :
Langkah penerapan dalam pembelajaran :
1. Menentukan tujuan-tujuan instruksional
2. Memilih materi pelajaran
3. Menentukan topik-topik yang akan
dipeserta didiki
4. Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi
dsbnya., yang dapat digunakan peserta didik untuk bahan belajar
5. Mengatur topik peserta didik dari konsep
yang paling kongkrit ke yang abstrak, dari yang sederhana ke kompleks
6. Mengevaluasi proses dan hasil belajar
Belajar : Bermakna Ausubel
Karakteristik Teori :
Dalam aplikasinya menuntut peserta didik
belajar secara deduktif (dari umum ke khusus) dan lebih mementingkan aspek
struktur kognitif peserta didik.
Langkah penerapan dalam pembelajaran :
Langkah penerapan dalam pembelajaran :
1. Menentukan tujuan-tujuan instruksional
2. Mengukur kesiapan peserta didik (minat,
kemampuan, struktur kognitif)baik melalui tes awal, interviw, pertanyaan dll.
3. Memilih materi pelajaran dan mengaturnya
dalam bentuk penyajian konsep-konsep kunci
4. Mengidentifikasikan prinsip-prinsip yang
harus dikuasai peserta didik dari materi tsb.
5. Menyajikan suatu pandangan secara
menyelurh tentang apa yang harus dikuasai pesertadidik.
6. Membuat dan menggunakan "advanced
organizer" paling tidak dengan cara membuat rangkuman terhadap materi yang
baru disajikan, dilengkapi dengan uraian singkat yang menunjukkan relevansi
(keterkaiatan) materi yang sudah diberikan dengan yang akan diberikan.
7. Mengajar peserta didik untuk memahami
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan dengan memberi fokus
pada hubungan yang terjalin antara konsep yang ada
8. Mengevaluasi proses dan hasil belajar
Teori Perkembangan Model Kognitivisme
Berpijak pada tiga teori
belajar seperti dijelaskan di atas, maka dalam pengembangan model pembelajaran
harus selaras dengan teori belajar yang dianut. Dengan kata lain, apabila kita
menganut teori behaviorisme, maka model pembelajaran yang dapat digunakan
diantaranya adalah model pembelajaran yang tergolong pada kelompok perilaku.
Untuk penganut teori kognitivisme, model pembelajaran yang dapat digunakan
adalah model pembelajaran yang mengarah pada proses pengolahan informasi.
Adapun untuk yang menganut teori belajar konstruktivisme, maka model
pembelajaran yang dikembangkan adalah model pembelajaran yang bersifat
interaktif dan model pembelajaran yang berpusat pada masalah. Hal ini
didasarkan pada salah satu prinsip yang dianut oleh konstruktivisme, yaitu
bahwa setiap siswa menstruktur pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman
dan hasil interaksinya dengan lingkungan sekitar. Jadi pengetahuan itu tidak
begitu saja diberikan oleh guru.
TEORI BELAJAR KOGNITIFISTIK PIAGET
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang
disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan
pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan
kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut
Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu :
(1) sensory motor;
(2) pre operational;
(3) concrete operational
(4) formal operational.
Pemikiran lain dari Piaget tentang proses
rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton
(2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person
takes material into their mind from the environment, which may mean changing
the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the
difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan
lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta
didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen
dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan
dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara
aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget
dalam pembelajaran adalah :
1.
Bahasa dan cara berfikir anak
berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan
bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2.
Anak-anak akan belajar lebih
baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak
agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.
Bahan yang harus dipelajari
anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4.
Berikan peluang agar anak
belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.
Di dalam kelas, anak-anak
hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temanya.
C.TEORI HUMANISTIK
Menurut Teori humanistik,
tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. proses belajar dianggap
berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para
pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang
unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada
proses belajar, ialah :
1.Proses
pemerolehan informasi baru,
2.
Personalia informasi ini pada individu.
Tokoh
penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah:
Arthur W.Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
Arthur Combs
(1912-1999)
Bersama
dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia
pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering
digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa
memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan
mereka.
Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain.
Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain.
Combs
berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa
mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana
mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga
yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi
pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan
kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
Maslow
Teori
Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1)
suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2)
kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow
mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan
yang bersifat hirarkis.
Pada
diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut
untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut
membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain
seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan
diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi
dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
Maslow
membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila
seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis,
barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah
kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya.
Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
Carl Rogers
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1.
Kognitif (kebermaknaan)
2.
experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Menurut
Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan
prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1.
Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak
harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2.
Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian
bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian
yang bermakna bagi siswa
3.
Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4.
Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari
bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar
humanistik yang penting diantaranya ialah :
a.
Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b.
Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid
mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c.
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri
diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses
belajar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h.
Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik
perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang
mendalam dan lestari.
i.
Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah
dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya
sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j.
Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah
belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap
pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan
itu.
Salah
satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif
yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975
mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu
empati,penghargaan,umpan balik positif.
Ciri-ciri
guru yang fasilitatif adalah :
1.
Merespon perasaan siswa
2.
Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3.
Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4.
Menghargai siswa
5.
Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6.
Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan
kebutuhan segera dari siswa)
7.
Tersenyum pada siswa
Dari
penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,
meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi
akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai,
mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi
perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan
menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
Humanistik
tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dan dibimbing oleh
maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka
sendiri.
Prinsip-
prinsip belajar humanistik:
1.
Manusia mempunyai belajar alam
2.
Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai
relevansi dengan maksud tertentu
3.
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
4.
Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu
kecil
5. Bila
bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh caar
6.
Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya
7.
Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses belajar
8.
Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
9. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
9. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
10.
Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar
IMPLIKASI
TEORI HUMANISTIK
a. Guru Sebagai
Fasilitator
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai
kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa
(petunjuk):
1. Fasilitator
sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok,
atau pengalaman kelas
2. Fasilitator
membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam
kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3. Dia
mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan
tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang
tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4. Dia
mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas
dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5. Dia
menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di
dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik
isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi
dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7. Bilamana
cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat
berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota
kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti
siswa yang lain.
8. Dia
mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai
suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
9. Dia
harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan
yang dalam dan kuat selama belajar
10. Di dalam berperan sebagai
seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima
keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
APLIKASI TEORI HIMANISTIK TERHADAP
PEMBELAJARAN SISWA
Aplikasi
teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran
yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran
humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan
motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student
center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa
memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan
meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya
daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
- Merumuskan tujuan belajar yang jelas
- Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
- Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
- Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
- Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
- Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
- Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
- Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran
berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan
aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar
dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa
diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau
etika yang berlaku.
CIRI GURU YANG BAIK DAN KURANG BAIK MENURUT TERI HIMANISTIK
Guru
yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil,
menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan
wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan.
Sedangkan guru yang tidak
efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi tidak
sabar ,suka melukai perasaan siswaa dengan komentsr ysng menyakitkan,bertindak
agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.
IMPLIKASI TEORI BELAJAR HUMANISME
Psikologi humanisme
memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
Berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas
fasilitator :
Berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas
fasilitator :
§ Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana
awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas.
§ Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan
perorangan dan juga tujuan-tujuan kelompok.
§ Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya.
§ Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
§ Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel
§ Menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas
§ Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator
berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut
berpartisipasi
§ Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya
dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan
§ Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan
adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
§ Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba
untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
E.TEORI
KONSRUKTIVISTIK
Teori belajar konstruktivistik disumbangkan
oleh Jean Piaget, yang merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai
pelopor konstruktivisme. Pandangan-pandangan Jean Piaget seorang psikolog
kelahiran Swiss (1896-1980), percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang
oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari
guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal
dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran yaitu :
1. Bahasa dan cara berfikir anak
berbeda dengan orang dewasa. Oleh karenanya guru mengajar dengan menggunakan
bahasa yang sesuai dengan cara berpikir mereka.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik
apabila menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang dipelajari anak
hendaknya dirasakan baru tapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar
sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya
diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-teman.
Belajar, menurut teori belajar
konstruktivistik bukanlah sekadar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi
pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil ”pemberian” dari
orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang
dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari ”pemberian” tidak akan
bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui proses mengkonstruksi
pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan makna mendalam atau lebih
dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam setiap individu. Proses
mengkonstruksi, sebagaimana dijelaskan Jean Piaget adalah sebagai berikut:
Sejak kecil anak sudah memiliki struktur
kognitif yang kemudian dinamakan skema (schema). Skema terbentuk
karena pengalaman. Misalnya, anak senang bermain dengan kucing dan kelinci yang
sama-sama berbulu putih. Berkat keseringannya, ia dapat menangkap perbedaan
keduanya, yaitu bahwa kucing berkaki empat dan kelinci berkaki dua. Pada
akhirnya, berkat pengalaman itulah dalam struktur kognitif anak terbentuk skema
tentang binatang berkaki empat dan binatang berkaki dua. Semakin dewasa anak,
maka semakin sempunalah skema yang dimilikinya. Proses penyempurnaan sekema
dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
adalah proses penyempurnaan skema, sedangkan akomodasi adalah proses
mengubah skema yang sudah ada hingga terbentuk skema baru. Semua itu (asimilasi
dan akomodasi) terbentuk berkat pengalaman siswa. Contoh lain yaitu seorang
anak yang merasa sakit karena terpercik api. Berdasarkan pengalamannya
terbentuk skema kognitif pada diri anak tentang ”api”, bahwa api adalah sesuatu
yang membahayakan oleh karena itu harus dihindari. Dengan demikian ketika ia
melihat api, secara refleks ia akan menghindar. Semakin dewasa, pengalaman anak
tentang api bertambah pula. Ketika anak melihat ibunya memasak dengan
menggunakan api, atau ketika ayahnya merokok; maka skema kognitif tersebut akan
disempurnakan, bahaw api tidak harus dihindari akan tetapi dimanfaatkan. Ketika
anak melihat banyak pabrik atau industri memerlukan api, kendaraan memerlukan
api, maka skema kognitif anak semakin berkembang/sempurna menjadi api sangat
dibutuhkan untuk kehidupan manusia (Sanjaya, 2008:164-165)
Piaget dalam Winataputra (2007:6.8)
menjelaskan pentingnya berbagai faktor internal seseorang seperti tingkat
kematangan berpikir, pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, konsep diri,
dan keyakinan dalam proses belajar.
Berbagai faktor internal tersebut
mengindikasikan kehidupan psikologis seseorang, serta bagaimana dia
mengembangkan struktur dan strategi kognitif, dan emosinya.
Dalam mengimplementasikan teori belajar ini,
digunakan strategi pendekatan diskusi dan praktik, sehingga memungkinkan
peserta didik untuk berinteraksi dengan lingkungannya baik peralatan yang ada
ataupun dengan teman sebaya untuk menemukan pengetahuan baru. Dalam hal ini
peran guru hanya mendorong agar mereka saling memberi pengalaman ataupun
pengetahuan sehingga proses pembelajaran menjadi menarik bagi mereka. Waktu
untuk mempresentasikan di akhir pelajaran merupakan usaha untuk melibatkan
siswa di hadapan siswa yang lain sehingga diharapkan dapat memotivasi siswa
lainnya untuk berusaha melakukan hal yang sama di lain kesempatan.
F.TEORI BELAJAR SOSIAL
Albert
Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social ( Social Learning
Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada
komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi
yang terkenal dengan teori belajar social atau kognitif social serta efikasi
diri.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory)
yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta
factor
pelaku
memainkan peran
penting
dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan,
factor social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orangtuanya. Albert Bandura merupakan salah satu
perancang teori kognitif social.
Teori
Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang
tradisional (behavioristik)1. Teori pembelajaran social ini
dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari
prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih
banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada
proses – proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran social kita akan
menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan –
penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain.
Dalam pandangan belajar social “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan –
kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus
lingkungan.
Teori
belajar social menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang dihadapkan pada
seseorang secara kebetulan ; lingkungan – lingkungan itu kerap kali dipilih dan
diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana
dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari
pembelajaran social adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan
salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui
pengamatan ,Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui
kondisi yang dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar melihat temannya
dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru
melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya.
Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang
lain. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun
model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat
mengamati itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang
ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau
penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak
harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga
menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur,
M,1998.a:4).
Seperti
pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori pembelajaran social
berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar
daripada tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip
pembelajaran sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang.
Akan tetapi, teori – teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks
social dimana tingkah laku ini muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak
peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya,
sewaktu melihat tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru tingkah
laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi
dirinya.
KELEMAHAN TEORI
BELAJAR SOSOIAL ALBERT BANDURA
Teori pembelajaran Sosial Bandura
sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena,
teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan
adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami
sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia
belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling
), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini
juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak
diterima dalam masyarakat.
KELEBIHAN TEORI
BELAJAR SOSIAL ALBERT BANDURA
Teori Albert Bandura lebih lengkap
dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan
dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut.
Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus
( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara
lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar social
lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan
imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social menekankan
pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak.
Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak,
faktor social dan kognitif.
G.MANFAAT TEORI BELAJAR
Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :
- Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar
- Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran
- Memandu guru untuk mengelola kelas
- Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa yang telah dicapai
- Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif
- Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat mencapai hasil prestasi yang maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar