Prinsip - Prinsip Belajar
Setelah mengkaji bagian ini diharapkan kita memiliki kompetensi :
1. Menjelaskan maksud
prinsip-prinsip belajar
2. Menjelaskan beberapa
prinsip belajar yang esensial.
3. Mengemukakan beberapa
contoh penerapan prinsip-prinsip belajar.
4. Menjelaskan implikasi
prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran.
A. PRINSIP-PRINSIP
BELAJAR
Agar aktivitas yang
dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya peningkatan potensi
siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan
prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk
belajar. Davies (1991:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan
kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses
pembelajaran, yaitu :
1. Hal apapun yang
dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang
dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2. Setiap murid belajar
menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat
variasi dalam kecepatan belajar.
3. Seorang murid belajar
lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement).
4. Penguasaan secara
penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar
secara lebih berarti.
5. Apabila murid
diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi
untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.
Prinsip belajar menunjuk
kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar
terhadap siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil
yang optimal. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja
yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di
dalam proses pembelajaran, sehingga terbentuk kepribadian yang katif, mandiri
dan cerdas.
B. PRINSIP - PRINSIP BELAJAR DAN IMPLIKASI PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DALAM
PEMBELAJARAN
1. Prinsip perhatian
dalam motivasi
a.Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang
penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi
terungkap bahwa tanda adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan
Berline,1984 : 335). Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa
apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Motivasi adalah tenaga yang
menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi mempunyai peranan
penting dalam kegiatan belajar. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan
minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu
cenderung tertarik perhatiannya dan demikian timbul motivasinya untuk
mempelajari bidang tersebut.Motivasi dapat bersifat internal artinya dating
dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni dating dari orang
lain, dari guru, orang tua, teman dan sebagainya.
Motivasi ada dua jenis yaitu motif
intrinsic dan ekstrinsik. Motif inteinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai
dengan perbuatan yang dilakukan. Motif ekstrinsik adalah tenaga pendoring yang
ada diluat perbuatan yang dilakukknya tetapi menjadi penyertanya
Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki
keterkaitan yang sangat erat. Untuk menumbuhkan perhatian diperlukan adanya
motivasi. Sejumlah hasil penelitian bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat
jika anak memiliki motivasi yang kuat untuk belajar.
Hamalik (2001), mengemukakan bahwa
motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai
dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Perubahan
energi di dalam diri seseorang tersebut kemudian membentuk suatu aktivitas
nyata dalam bebagai bentuk kegiatan.
Motivasi terkait erat dengan
kebutuhan. Semakin besar kebutuhan seseorang akan sesuatu yang ingin ia capai,
maka akan semakin kuat motivasi untuk mencapainya. Kebutuhan yang kuat terhadap
sesuatu akan mendorong seseorang untuk mencapainya dengan sekuat tenaga. Hanya
dengan motivasilah anak didik dapat tergerak hatinya untuk belajar bersama
teman-temannya yang lain (Djamarah, 2006:148).
Motivasi dapat bersifat internal dan
eksternal. Beberapa penulis atau ahli yang lain seperti pada paparan di atas
menyebutnya motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi internal atau motivasi
intrinsik adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan suatu
aktivitas. Motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri
individu. Motivasi eksternal melalui proses belajar dan interaksi individu
dengan lingkungannya dapat berubah menjadi motivasi internal. Proses perubahan
dari motivasi ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik pada seseorang disebut
“transformasi motif” (Dimyati dan Mudjiono, 1994:41).
Penerapan prinsip-prinsip motivasi
dalam proses pembelajaran akan dapat berlangsung dengan baik, bilamana guru
memahami beberapa aspek yang berkenaan dengan dorongan psikologis sebagai
individu dalam diri siswa sebagai berikut :
a. Setiap individu tidak hanya didorong oleh
pemenuhan aspek biologis, sosial dan emosional, akan tetapi individu perlu juga dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang
ia miliki saat ini.
b. Pengetahuan tentang
kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan
usaha.
c. Motivasi dipengaruhi
oleh unsr-unsur kepribadian.
d. Rasa aman dan
keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar.
e. Motivasi bertambah
bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari
kebutuhannya dapat dipenuhi.
f. Kajian dan penguatan
guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terdapat motivasi dan perilaku.
g. Insentif dan hadiah
material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada bahayanya bila
anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan
karena memang ingin belajar.
h. Kompetisi dan
insentif dalam waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi.
i. Sikap yang baik untuk
belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang
memuaskan.
j. Proses belajar dan
kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi
motivasi.
Agar motivasi belajar
siswa dapat tumbuh dengan baik maka guru harus berusaha :
·
Merancang atau menyiapkan bahan ajar yang
menarik.
·
Mengkondisikan proses belajar aktif.
·
Menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang
menyenangkan.
·
Mengupayakan pemenuhan kebutuhan siswa di dalam
belajar (misalnya kebutuhan untuk dihargai, tidak merasa tertekan, dsb)
·
Meyakinkan siswa bahwa mereka mampu mencapai
suatu prestasi.
·
Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan
sesegera mungkin pula memberitahukan hasilnya kepada siswa.
·
Memberitahukan nilai dari pelajaran yang sedang
dipelajari siswa dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehari-hari.
Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa
·
Perhatian
1.
Siswa harus membangkitkan perhatian nya kepada
segala pesan yang di pelajari, baik dalam bentuk rangsangan suara, warna,
gerak.dll.
2.
Siswa dapat melatih indra nya untuk
memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses pembelajaran.
·
Motivasi
1.
Di sadari nya oleh siswa bahwa motivasi belajar
haruz di kembangkan terus menerus.
2.
Dapat menentukan target/ sasaran penyelesaian
tugas belajar dan perilaku sejenis nya
b. Prinsip Balikan dan Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan
penguatan terutama ditekankan oleh belajar Operant Conditioning dari B.F.
Skinner, kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulus, maka
pada opetant conditioning yang diperkuat adalah terponsnya.
Prinsip balikan dan
penguatan pada dasarnya merupakan implementasi dari teori belajar yang
dikemukakan oleh Skiner melalui Teori Operant Conditioning dan salah
satu hukum belajar dari Thorndike yaitu “law of effect”. Menurut hukum
belajar ini, siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang baik. Hasil belajar, apalagi hasil yang baik merupakan
balikan yang menyenangkan dan berpengaruh positif bagi upaya-upaya belajar
berikutnya. Namun dorongan belajar, menurut Skinner tidak hanya muncul karena
penguatan yang menyenangkan, akan tetapi juga terdorong oleh penguatan yang
tidak menyenangkan, dengan kata lain penguatan positif dan negatif dapat
memperkuat belajar.
Memberi penguatan
(reinforcement) merupakan tindakan atau respon terhadap suatu bentuk perilaku
yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku pada waktu
yang lain.
Sumantri dan Permana
(1999:274) mengemukakan secara khusus beberapa tujuan dari pemberian penguatan,
yaitu:
a. Membangkitkan
motivasi belajar peserta didik.
b. Merangsang peserta
didik berpikir lebih baik.
c. Menimbulkan perhatian
peserta didik.
d. Menumbuhkan kemampuan
berinisiatif secara pribadi.
e. Mengendalikan dan
mengubah sikap negatif peserta didik dalam belajar ke arah perilaku yang
mendukung belajar.
Terdapat beberapa jenis
penguatan yang dapat dilakukan guru:
1) Penguatan verbal,
yaitu penguatan yang diberikan guru berupa kata- kata/kalimat yang diucapkan, seperti:
“bagus”, “baik”, “smart”, “tepat” dan sebagainya.
2) Penguatan gestural,
yaitu penguatan berupa gerak tubuh atau mimik muka yang memberi arti/kesan baik
kepada peserta didik. Penguatan gestural dapat berupa; tepuk tangan, acungan
jempol, anggukan, tersenyum, dan sebagainya.
3) Penguatan dengan cara
mendekati, yaitu perhatian guru terhadap perilaku peserta didik dengan cara
mendekatinya. Penguatan dengan cara mendekati ini dapat dilakukan ketika
peserta didik menjawab pertanyaan, bertanya, berdiskusi atau sedang melakukan
aktivitas-aktivitas lainnya.
4) Penguatan dengan cara
sentuhan, yaitu penguatan yang dilakukan guru dengan cara menyentuh peserta
didik, seperti menepuk pundak, menjabat tangan, mengusap kepala peserta didik,
atau bentuk-bentuk lainnya.
5) Penguatan dengan cara
memberikan kegiatan yang menyenangkan. Memberikan penghargaan kepada kepada
kemampuan peserta didik dalam suatu bidang tertentu, seperti peserta didik yang
pandai bernyanyi diberikan kesempatan untuk melatih vokal pada temannya.
6) Penguatan berupa
tanda atau benda, yaitu memberikan penguatan kepada peserta didik berupa
simbol-simbol atau benda-benda. Penguatan ini dapat berupa komentar tetulis
atas karya peserta didik, hadiah, piagam, lencana, dan sebagainya.
Ketepatan pemberian dan
penggunaan penguatan harus mendapat perhatian guru. Bilamana penguatan
dipergunakan pada situasi dan waktu yang tidak tepat, maka hal itu dapat
kehilangan keefektifannya. Sebaliknya bilamana penguatan itu dipergunakan
secara tepat, maka akan memberikan pengaruh yang positif terhadap aktivitas
belajar peserta didik.
Implikasi
prinsip-prinsip balikan dan penguatan bagi guru antara lain;
·
memberikan balikan dan penguatan secara tepat,
baik tenik, waktu maupun bentuknya.
·
memberikan kepada siswa jawaban yang benar.
·
mengoreksi dan membahas pekerjaan siswa.
·
memberikan catatan pada hasil pekerjaan siswa
baik berupa angka maupun komentar-komentar tertentu.
·
memberikan lembar jawaban atau kerja siswa.
·
mengumumkan atau menginformasikan peringkat
secara terbuka,
·
memberikan penghargaan.
Implikasi prinsip- prinsip balikan dan penguatan
bagi siswa
1.
siswa akan lebih semangat dalam belajar bilamana
setiap langkah selalu diberi penguatan, hal ini karena adanya kesadaran akan
kebutuhan untuk memperoleh balikan.
c. Prinsip Keaktifan
Keaktifan belajar
ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional
dan fisik jika dibutuhkan. Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka pikir
setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah makhluk yang aktif.
Individu merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya
keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah
yang positif bilamana lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh
suburnya keaktifan itu.
Menurut teori belajar
Kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah
informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan
transformasi.
Pengetahuan bukanlah
suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari pikiran orang yang
mempunyai pengetahuan ke pikiran orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan
bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide dan pegertian kepada
seorang murid, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh
si murid lewat pengalamannya (Glasersferld dalam Battencourt, 1989).
Dalam proses konstruksi
itu menurut Glasersferld, diperlukan beberapa kemampuan;
·
kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman,
·
kemampuan membandingkan, mengambil keputusan
(justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan, dan
·
kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang
satu daripada pengalaman yang lain.
Implikasi prinsip
keaktifan atau aktivitas bagi guru di dalam proses pembelajaran adalah:
a. Memberi kesempatan,
peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk berkreativitas dalam prose
pembelajarannya.
b. Memberikan kesempatan
melakukan pengamatan, penyelidikan atau inkuiri dan eksperimen.
c. Memberikan tugas
individual dan kelompok melalui kontrol guru.
d. Memberikan pujian
verbal dan non verbal terhadap siswa yang memberikan respons terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
e. Menggunakan multi
metode dan multi media di dalam pembelajaran.
Implikasi prinsip keaktifan
bagi guru
1.
terwujud nya sikap yang aktif dalam segala hal,
terutama keiginan untuk terlibat
langsung dalam proses pembelajaran.
d.
Prinsip Tantangan
Deporter (2000:23)
mengemukakan bahwa studi-studi menunjukkan bahwa siswa lebih banyak belajar
jika pelajarannya memuaskan, menantang serta ramah, dan mereka memiliki peran
di dalam pengambilan keputusan. Bilamana anak merasa tertantang dalam suatu
pelajaran, maka ia dapat mengabaikan aktivitas lain yang dapat mengganggu
kegiatan belajarnya. Mihaly Csikszentmihalyi, psikolog dari Universitas Chicago
dikenal karena penelitiannya dalam mendokumentasikan suatu “keadaan dimana
seseorang sangat terlibat dalam sebuah kegiatan sehingga hal lain seakan tak
berarti lagi”. Goleman menjelaskan tentang keadaan flow ini. Jika
tuntunan terlalu sedikit, orang akan menjadi bosan. Jika tuntutan terlalu besar
untuk diatasi, mereka akan menjadi cemas. Flow terjadi di daerah genting
antara kebosanan dan kecemasan.
Kurt Lewin dalam sebuah
teori yang dinamakannya “Teori Medan” (Field Theory), mengemukakan bahwa siswa
di dalam suatu situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan
psikologis.
Beberapa bentuk kegiatan
berikut dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru untuk menciptakan tantangan
dalam kegiatan belajar, yaitu :
1) Merancang dan
mengelola kegiatan inquiry dan eksperimen.
2) Memberikan
tugas-tugas pemecahan masalah kepada siswa.
3) Mendorong siswa untuk
membuat kesimpulan pada setiap sesi pembelajaran.
4) Mengembangkan
bahan-bahan pembelajaran yang menarik.
5) Membimbing siswa
menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi.
6) Merancang dan
mengelola kegiatan diskusi.
Implikasi prinsip tantangan bagi siswa
1.
siswa mampu lebih mandiri dan termotivasi dalam
menyelesaikan segala tantangan pembelajaran diantaranya melakukan eksperimen,
melaksanakan tugas bimbingan maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu
masalah.
e.
Prinsip Pengulangan
Teori belajar klasik yang
memberikan dukungan paling kuat terhadap prinsip belajar pengulangan ini adalah
teori psikologi daya. Berdasarkan teori ini, belajar adalah melatih daya-daya
yang ada pada manusia yang meliputi daya berpikir, mengingat, mengamati,
manghafal, menanggapi dan sebagainya. Melalui latihan-latihan maka daya-daya
tersebut semakin berkembang. Sebaiknya semakin kurang pemberian latihan, maka
daya-daya tersebut semakin lambat perkembangannya.
Di samping teori
psikologi daya, prinsip pengulangan ini juga didasari oleh teori Psikologi
Asosiasi atau Connecsionisme yang dipelopori oleh teori Thorndike dengan salah
satu hukum belajarnya “Low of exercise” yang mengemukakan bahwa belajar
adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons. Pandangan psikologi
condisioning juga memberikan dasar yang kokoh bagi pentingnya proses latihan.
Psikologi ini berpandangan bahwa munculnya respons, tidak saja disebabkan oleh
adanya stimulus, akan tetapi lebih banyak disebabkan karena adanya stimulus
yang dikondisikan.
Stephen R. Covey, pengarang buku The 7 Habits of
Effective People, mengemukakan bahwa kebiasaan sebagai titik pertemuan dari pengetahuan,
keterampilan dan keinginan. Pengetahuan adalah paradigma teoritis, apa
yang harus dilakukan dan mengapa. Keterampilan adalah bagaimana
melakukannya. Dan keinginan adalah motivasi, keinginan untuk melakukan.
Agar sesuatu bisa menjadi kebiasaan dalam hidup kita, kita harus mempunyai
ketiga hal tersebut. Pandangannya ini digambarkan sebagai berikut:
Pengetahuan
(apa
yang harus dilakukan, mengapa)
|
Keterampilan
(bagaimana
melakukan)
|
Pola Terbentuknya Kebiasaan
|
KEBIASAAN
|
Keinginan
(mau melakukan)
|
Implikasi
prinsip-prinsip pengulangan bagi guru adalah:
a. Memilah pembelajaran
yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan.
b. Merancang kegiatan
pengulangan.
c. Mengembangkan
soal-soal latihan.
d. Mengimplementasikan
kegiatan-kegiatan pengulangan yang bervariasi.
Sedangkan implikasi
prinsip belajar pengulangan pada siswa
1.
sangat dituntut untuk memiliki kesadaran yang
mendalam agar bersedia melakukan pengulangan latihan-latihan baik yang
ditugaskan oleh guru maupun atas inisiatif dan dorongan diri sendiri demi
kemajuan hasil dari proses pembelajaran
yang ada..
f.
Prinsip Perbedaan Individual
Hasil sejumlah riset
menunjukkan bahwa keberagaman faktor, seperti sikap siswa, kemampuan dan gaya
belajar, pengetahuan serta memberikan dan konteks pembelajaran merupakan
komponen yang memberikan dampak sangat penting terhadap apa yang sesungguhnya
harus siswa-siswa pelajari (Killen, 1998:5).
Dalam pandangan DePorter
& Hernacki (2001:117) terdapat tiga karakteristik atau modalitas belajar
siswa yang perlu diketahui oleh setiap pendidik dalam proses pembelajaran,
yaitu:
a. Orang-orang yang visual,
yang sering kali ditandai suka mencoret-coret ketika berbicara di telpon,
berbicara dengan tepat, lebih suka melihat peta daripada mendengar penjelasan.
b. Orang-orang yang auditorial,
yang sering ditandai suka berbicara sendiri, lebih suka mendengarkan ceramah
atau seminar daripada membaca buku, lebih suka berbicara daripada menulis.
c. Orang-orang yang kinestetik,
yang sering ditandai berpikir lebih baik ketika bergerak atau berjalan, banyak
menggerakkan anggota tubuh ketika berbicara, sulit untuk duduk dan diam.
Peserta didik adalah
individual yang memiliki keunikan, berbeda satu sama lain dan tidak satupun
yang memiliki ciri-ciri persis sama meskipun mereka itu kembar. Setiap individu
pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan
individual ini merupakan kodrat manusia yang bersifat alami.
Pembelajaran yang
bersifat klasikan yang mengabaikan perbedaan-perbedaan individual dapat
diperbaiki dengan beberapa cara. Cara-cra yang dapat ditempuh oleh guru antara
lain penggunaan metode atau pendekatan secara bervariasi sehingga semakin besar
memberikan peluang tumbuhnya perhatian siswa di dalam latar belakang perbedaan
individual. Upaya lain yang dapat dilakukan guru adalah dengan menambah waktu
belajar bagi siswa-siswa yang memiliki kemampuan rendah, atau memberikan
pengayaan bagi siswa-siswa yang memiliki kemampuan lebih dari yang lain.
Implikasi atau penerapan
prinsip-prinsip perbedaan individual dalam proses pembelajaran, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan guru sebagai berikut:
1) Para siswa harus
dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan untuk
selanjutnya mendapat perlakuan dan layanan kegiatan belajar yang mereka
butuhklan.
2) Para siswa harus
terus didorong memahami potensi dirinya dan untuk selanjutnya mampu
merencanakan dan melaksanakan kegiatan.
3) Peserta didik
membutuhkan variasi layanan, tugas, bahan dan metode yang selaras dengan minat,
tujuan, dan latar belakang mereka. Hal ini terutama disebabkan para pesrta
didik cenderung memilih kegiatan belajar yang sesuai dengan pengalaman masa
lampau yang mereka rasakan bermakna untuk dirinya.
4) Para siswa harus
dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya serta pemenuhan
kebutuhan belajar maupun bimbingan yang berbeda dengan siswa-siswa yang lain.
5) Kesempatan-kesempatan
yang tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat bilamana para siswa tidak
merasa terancam oleh proses yang ia ikuti serta lingkungannya sehingga mereka
memiliki keleluasan untuk berpartisipasi secara efektif dalam kegiatan belajar.
Implikasi nya bagi siswa
1. Para siswa yang telah memahami kekuatan
dirinya dibandingkan teman-teman yang lain akan lebih cenderung memiliki
dorongan dan minat untuk belajar secara lebih sungguh-sungguh.
g. Prinsip Keterlibatan Langsung
Sejumlah hasil penelitian membuktikan lebih dari
60% sesuatu yang diperoleh dari kegiatan belajar didapatkan dari keterlibatan
langsung. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajarnya yang dituangkan
di dalam kerucut pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling baik
adalah belajar melalui penglaman langsung. Keterlibatan langsung siswa memberi
banyak sekali manfaat yang langsung dirasakan pada saat terjadinya proses
pembelajaran tersebut.
Implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi
guru adalah:
a. Mengaktifan
peran individual atau kelompok kecil di dalam penyelesaian tugas.
b. Menggunakan media
secara langsung dan melibatkan siswa untuk melakukan berbagai percobaan atau eksperimen.
c. Memberi keleluasaan
kepada siswa untuk melakukan berbagai percobaan atau eksperimen.
d. Memberikan
tugas-tugas praktek.
Bagi siswa, implikasi prinsip keterlibatan
langsung ini adalah:
·
siswa harus terdorong aktif untuk mengalami
sendiri dalam melakukan aktivitas pembelajaran.
·
siswa dituntut untuk aktif mengerjakan
tugas-tugas sendiri tanpa bantuan orang lain, sehingga dalam hal praktek atau
belajar di luar kelas siswa dapat terjun langsung menyaksikan bagaimana proses
sehingga mndapatkan pengalaman yang tentu nya bermanfaan untuk siswa tersebut..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar