Motivasi Belajar
Menurut Sudirman (1992:73) Motivasi diartikan
sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada
saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sanagt
dirasakan mendesak. Sedangkan menurut Natawijaya dan Moesa (1992:54) Motivasi
adalah suatu proses untuk menggiatkan motif atau motif-motif menjadi tindakan
atau perilaku untuk memuaskan atau memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai
tujuan.
Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman 1992:73-74)
motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Pendapat tersebut menunjukkan dalam pengertian motivasi terdapat tiga elemen
penting, yaitu motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu, motivasi ditandai
dengan munculnya feeling, afeksi seseorang, motivasi akan dirangasang karena
adanya tujuan.
Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga
tujuan dapat tercapai.
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan
mentalnya.Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau
cita-cita.Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi.Ada ahli
psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorongterjadinya
belajar tersebut sebagai motivasi belajar.Motivasi dipandang sebagai dorongan
mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku
belajar.Dalam motivasi terkandung adanya pengarahan sikap dan perilaku belajar
individu. (Koeswara, 1989:Siagian, 1989 :Schein : Biggs &Teller, 1987).
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu; (i)
kebutuhan, (ii) dorongan , (iii) tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa
ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan.
Maslow membagi kebutuhan menjadi lima tingkat, yaitu
1. Kebutuhan
fisiologis
2. Kebutuhan
akan perasaan aman
3. Kebutuhan
sosial
4. Kebutuhan
akan penghargaan diri
5. Kebutuhan
akan aktualisasi diri
Kebutuhan fisiologis berkenaan dengan kebutuhan
pokok manusia seperti pangan, sandang, dan perumahan. Kebutuhan akan rasa aman
berkenaan dengan keamanan yang bersifat fisik dan psikologis. Sebagai
ilustrasi, individu tidak boleh diganggu secara fisik dan biarkan untuk
berkreasi. Kebutuhan sosial berkenaan dengan perwujudan berupa diterima oleh
orang lain, jati diri yang khas, berkesempatan maju, merasa diikutsertakan
maju, dan pemilikan diri. Sebagai ilustrasi, individu diperbolehkan untuk
aktualisasi diri berkenaan dengan kebutuhan individu untuk menjadi sesuatu yang
sesuai dengan kemampuannya.Sebagai ilustrasi, seorang anak desa boleh menjadi
prajurit, berpangkat jenderal, dan menjadi kepala negara, karena dia mampu dan
diberi peluang.
Dari segi dorongan, menurut Hull dorongan atau
motivasi berkembang untuk kebutuhan organisme.Di samping itu juga merupakan
sistem yang memungkinkan organisme dapat dipelihara kelangsungan hidupnya.
Kebutuhan-kebutuhan organisme merupakan penyebab munculnya dorongan, dan
dorongan akan mengaktifkan tingkah laku mengembalikan keseimbangan fisiologis
organisme. Tingkah laku organisme terjadi disebabkan oleh respons dari
organisme, kekuatan, dorongan organisme, dan penguatan kedua hal tersebut.Hull
memang menekankan dorongan sebagai motivasi penggerak utama perilaku, tetapi
kemudian juga tidak sepenuhnya menolak adanya pengaruh faktor-faktor
eksternal.Dalam hal ini insentif (hadiah atau hukuman) mempengaruhi intensitas
dan kualitas tingkah laku organisme.
Dari segi tujuan, maka tujuan merupakan pemberi arah
pada perilaku.Secara psikologis, tujuan merupakan titik akhir “sementara”
pencapaian kebutuhan.Jika tujuan tercapai, maka kebutuhan terpenuhi untuk
“sementara”.Jika kebutuhan terpenuhi, maka orang menjadi puas dan dorongan
mental untuk berbuat “terhenti sementara”
2.2 Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Motivasi dapat berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam
belajar akan menunjukkan hasil belajar yang baik. Dengan kata lain, bahwa
dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka
seseorang yang belajar akan dapat mencapai prestasi belajar yang baik.
Bagi siswa, pentingnya motivasi
belajar adalah sebagai berikut:
1. Menyadarkan
kedudukan siswa pada awal, proses dan hasil akhir.
2. Menginformasikan
tentang kekuatan usaha belajar.
3. Mengarahkan
kegiatan belajar.
4. Memperbesar
semangat belajar.
5. Menyadarkan
tentang adanya kegiatan yang harus dilakukan siswa baik dalam belajar, bekerja,
bermain dan beristirahat yang berkesinambungan.
Motivasi
belajar juga harus diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pengalaman
tentang motivasi belajar pada siswa adalah sebagai berikut :
1. Membangkitkan,
meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil;
membangkitkan, bila siswa tak bersemangat; meningkatkan, bila semangat
belajarnya timbul-tenggelam; memelihara, bila semangatnya telah kuat untuk
mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini, hadiah, pujian, dorongan atau pemicu
semangat dapat digunakan untuk mengobarkan semangat belajar.
2. Mengetahui
dan memahami motivasi belajar siswa di kelas beraneka ragam; ada yang acuh tak
acuh, ada yang tak memusatkan perhatian, ada yang bermain, disamping yang
bersemangat belajar, ada yang berhasil dan tidak berhasil. Dengan beraneka
ragamnya motivasi belajar tersebut, maka guru dapat menggunakan bermacam-macam
strategi mengajar belajar.
3. Meningkatkan
dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperi
sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi
hadiah, atau pendidik. Peran pedagogis tersebut mungkin saja sesuai dengan
perilaku siswa.
4. Memberi
peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis. Tugas guru adalah membuat
siswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada
”mengubah” siswa tidak berminat menjadi semangat belajar. “Mengubah” siswa
cerdas yang acuh tak acuh menjadi bersemangat belajar.
2.3 Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi
Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan segi
kejiwaan yang mengalami perkembangan sesuai dengan kondisi fisiologis, dan
kematangan psikologis. Oleh karena itu ada beberapa unsuryang mempengaruhi
motivasi belajar, yaitu:
2.3.1
Cita-cita atau Aspirasi
Motivasi belajar tampak pada keinginan
keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan cita-cita dalam
kehidupan.Timbulnya cita-cita diikuti oleh perkembangan akal, moral, kemauan,
bahasa, dan nilai-nilai kehidupan.Timbulnya cita-cita juga diiktuti oleh
perkembangan kepribadian.
Dari segi emansipasi, keinginan yang
terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari segi
pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau hukuman akan dapat mengubah keinginan
menjadi kemauan, dan kemudian kemauan menjadi cita-cita. Keinginan berlangsung
sesaatatau dalam waktu yang lama.Kemauan telah disertai dengan perhitungan akal
sehat.Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu yang sangat lama, bahkan
sepanjang hayat. Cita-cita siswa untuk “menjadi seorang……….” (gambaran ideal)
akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar. Misalnya,
siswa tersebut akan rajin berolah raga, melatih nafas, berlari, meloncat,
disamping tekun berlatih bulu tangkis. Cita-cita akan memperkuat motivasi
belajar intrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan
mewujudkan suatu aktualisasi diri (Monks, 1989 : 241-260; Schein, 1991 :
87-110; Singgih Gunarsa,1990 : 183-199).
2.3.2
Kemampuan Siswa
Keinginan seorang anak perlu diikuti
dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya.Keinginan membaca perlu diikuti
dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf.Kesukaran
mengucapkan huruf “r” misalnya, dapat diatasi dengan drill / melatih ucapan “r”
yang benar.Latihan berulang kali menyebabkan terbentuknya kemampuan mengucapkan
“r”. Dengan didukung kemampuan mengucapkan “r”, atau kemampuan mengucapkan
huruf-huruf lain, maka keinginan anak untuk membaca akan terpenuhi.
Keberhasilan membaca suatu buku bacaan akan menambah kekayaan pengalaman hidup.
Keberhasilan tersebut memuaskan dan menyenangkan hatinya.Secara perlahan-lahan
terjadilah kegemaran membaca pada anak yang semula sukar mengucapkan huruf “r”
yang benar. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat
motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. (Monks, 1989 : 21;
Singgih Gunarsa,1990 : 49).
2.3.3
Kondisi Siswa
Kondisi
siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar.
Seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu
perhatian belajar. Sebaliknya, seseorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira
akan mudah memusatkan perhatian. Anak yang sakit akan enggan belajar. Anak yang
marah-marah akan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran.
Sebaliknya, setelah siswa tersebut dengan senag hati membaca buku-buku
pelajaran agar ia memperoleh nilai rapor yang baik, seperti sebelum sakit.
Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohnai siswa berpengaruh pada motivasi
belajar.
2.3.4 Kondisi
Lingkungan Siswa
Lingkungan
siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya,
dan kehidupan kemasyarakatan.Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat
terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh,
ancaman rekan yang nakal, perkelahian antar siswa, akan mengganggu kesungguhan
belajar. Sebalikya, kampus dan sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun,
akan memperkuat motivasi belajar. Oleh karena itukondisi lingkungan sekolah
yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi
mutunya.Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat
dan motivasi belajar mudah diperkuat.
2.3.5 Unsur-Unsur
Dinamis Dalam
Belajar dan Pembelajaran
Siswa
memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan.Dan pikiran yang mengalami
perubahan berkat pengalaman hidup.Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh
pada motivasi dan perilaku belajar.Lingkungan siswa yang berupa lingkungan
alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan.
Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televise, dan
film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan
motivasi belajar. Dengan melihat tayangan televise tentang pembangunan bidang
perikanan di Indonesia Timur misalnya, maka seorang siswa tertari minatnya
untuk belajar dan bekerja di bidang perikanan. Pelajar yang masih berkembang
jiwa raganya, lingkungan yang semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan
kondisi dinamis yang bagus bagi pembelajaran. Guru profesional diharapkan mampu
memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, televise dan sumber belajar di
sekitar sekolah untuk memotivasi belajar.
2.3.6
Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa
Guru adalah pendidik professional.
Ia bergaul setiap hari dengan puluhan atau ratusan siswa. Interaksi efektif
pergaulannya sekitar lima jam sehari. Intensitas pergaulan tersebut
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jiwa siswa.
Guru adalah pendidik yang
berkembang. Tugas profesionalnya mengharuskan dia belajar sepanjang
hayat.Belajar sepanjang hayat tersebut sejalan dengan masyarakat dan lingkungan
sekitar sekolah yang juga dibangun. Guru tidak sendirian dalam belajar
sepanjang hayat. Lingkungan sosial guru, lingkungan budaya guru, dan kehidupan
guru perlu diperhatikan oleh guru.Sebagai pendidik, guru dapat memilah dan
memilih yang baik.Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik tersebut
sudah merupakan upaya membelajarkan siswa.
2.4 Upaya Meningkatkan
Motivasi Belajar
Guru di sekolah menghadapi banyak
siswa dengan bermacam-macam motivasi belajar.Oleh karena itu peran guru cukup
banyak untuk meningkatkan belajar.
2.4.1 Optimalisasi
Penerapan Prinsip Belajar
Dalam upaya pembelajaran, guru berhadapan
dengan siswa dan bahan belajar. Untuk dapat membelajarkan atau mengajarkan
bahan pelajaran disyaratkan
1.
Guru telah mempelajari bahan pelajaran,
2.
Guru telah memahami bagian-bagian yang mudah, sedang, dan sukar,
3.
Guru telah menguasai cara-cara mempelajari bahan, dan
4.
Guru telah mempelajari sifat bahan tersebut.
Upaya pembelajaran
terkait dengan beberapa prinsip belajar. Beberapa prinsip belajar tersebut
antara lain sebagai berikut:
1. Belajar
menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan belajar, oleh karena itu, guru
perlu menjelaskan tujuan belajar hierarkis.
2.
Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang
menantangnya, oleh karena itu peletakan urutan masalah yang menantang harus
disusun guru dengan baik.
3.
Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan
mental siswa dalam program kegiatan
tertentu, oleh karena itu, disamping mengajarkan bahan secara terpisah-pisah,
guru sebaiknya membuat pembelajaran dalam pengajaran unit.
4.
Mengatur bahan dari yang paling sederhana sampai paling menantang.
5.
Memberitahukan kriteria keberhasilan atau kegagalan belajar siswa.
2.4.2 Optimalisasi
Unsur Dinamis Belajar dan Pembelajaran
Seorang
siswa akan belajar dengan sutuh pribadinya. Perasaan kemaunan, pikiran,
perhatian, fantasi, dan kemampuan yang lain tertuju pada belajar. Meskipun
demikian ketertujuan tersebut tidak selamanya berjalan lancer.Ketidaksejajaran
tersebut disebabkan oleh kelelahan jasmani atau mentalnya, ataupun naik
turunnya energi jiwa.
Guru
adalah pendidik dan sekaligis pembimbing belajar. Guru lebih memahami
keterbatasan waktu bagi siswa. Seringkali siswa lengah tentang nilai kesempatan
belajar.Oleh karena itu guru dapat mengupayakan optimalisasai unsur-unsur
dinamis yang ada dalam diri siswa dan yang ada di lingkungan siswa. Upaya
optimalisasi tersebut, sebagai berikut:
1.
Pemberian kesempatan
pada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang dialaminya.
2.
Memelihara minat,
kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak belajar, betapa
lambat gerak belajar, guru “tetap secara terus-menerus” mendorong; dalam hal
ini berlaku semboyan “lambat asal selamat, tak akan lari gunung dikejar”.
3.
Meminta kesempatan pada
orangtua siswa atau wali, agar memberi kesempatan pada siswa untuk beraktualisasi
diri dalam belajar.
4.
Memanfaatkan
unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar, misalnya surat kabar, dan
tayangan televisi yang mengganggu pemusatan perhatian belajar agar dicegah.
5.
Menggunakan waktu
secara tertib, penguat dan suasana gembiraterpusat pada perilaku belajar; pada
tingkat iniguru memberlakukan upaya”belajar merupakan aktualisasi diri siswa”
6.
Guru merangsang siswa
dengan penguat memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala
hambatan dan “pasti berhasil” sebagai ilustrasi, siswa dibebaskan rasa harga
dirinya dengan berbuat sampai berhasil.
2.4.3 Optimalisasi
Pemanfaatan Pengalaman dan Kemampuan Siswa
Perilaku
belajar siswa merupakan rangkaian tindak-tindak belajar setiap hari. Guru
adalah “penggerak” perjalanan belajar bagi siswa. Sebagai penggerak, maka guru
perlu memahami dan mencatat kesukaran-kesukaran siswa.Sebagai fasilitator
belajar, guru diharapkan memantau “tingkat kesukaran pemahaman belajar”, dan
segera membantu mengatasi kesukaran belajar.“Bantuan mengatasi kesukaran belajar”
perlu diberikan sebelum siswa putus asa. Guru wajib menggunakan pengalaman
belajar dan kemampuan siswa dalam mengelola siswa belajar. Upaya optimalisai
pemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Siswa
ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya; tiap membaca bahan belajar, siswa
mencatat hal-hal yang sukar, catatan hal-hal yang sukar tersebut diserahkan
kepada guru.
2. Guru
mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa.
3. Guru
memecahkan hal-hal yang sukar, dengan mencari “cara memecahkan”.
4. Guru
mengajarkan “cara memecahkan” dan mendidikan keberanian mengatasi kesukaran.
5. Guru
mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.
6. Guru
memberi kesempatan kepada siswa yang mampu memecahkan masalah untuk membantu
rekan-rekannya yang mengalami kesulitan
7. Guru
menghargai pengalaman dan kemampuan siswa belajar secara mandiri. (Monks, 1989
: 293-305; Winkel, 1991 : 110-119; Joyce & Well, 1980 : 105-129 dan
147-163).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar