MAKALAH BDP TENTANG Memfasilitasi Sesi PBL
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak
rizki dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam selalu kita
curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW, sebagai Rahmatan lil’alamin yang telah membawa umat
manusia dari jalan kegelapan menuju kehidupan yang mendapat sinar ilahi seperti
sekarang ini.
Alhamdulillah
makalah yang berjudul “Memfasilitasi Sesi PBL” ini dapat
diselesaikan semata-mata atas kehendak-Nya dan rahmat serta cinta kasih-Nya
yang berlimpah. Rasa syukur kami atas kemurahan-Nya karena telah diberi
kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, secara
khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1) Bapak Drs. Syarifudin gani M.Si, dan Bapak Taufik S.Pd, M. Pd, selaku
dosen pengasuh mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
2)
Seluruh
sahabat-sahabat kami, keluarga besar Bugafis 2010 yang selalu memberikan
dukungan serta semangat yang tak kenal henti.
Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga
dengan terselesaikannya penyusunan
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amien.
Indralaya, 19 September 2013
(Penulis)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... 1
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1Memfasilitasi
proses berpikir........................................................................... 6
2.2 Pendidik
sebagai coach.................................................................................. 9
2.3 Menggunakan
perangkat untuk memfasilitasi................................................ 11
2.4 Berikan
penekanan pada belajar kelompok.................................................... 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 13
3.2 Saran............................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 14
BAB
I
PENDAHULUAN
3.2
Latar Belakang
Proses PBL yang baik sarat dengan konsep
tidak hanya sekadar meminta pemelajar mencari tahu secara spesifik tentang
jumlah, kita mencoba mendorong mahasiswa melakukan observasi,
mempertanyakan,membentuk hipotesis dan mencoba mengujinya. Disinilah kita sebenarnya
mempertajam kecakapan keingintahuan mereka (inquiry skills) dimana fokus kita
lebih kepada prosesnya, bukan sekadar jawabanya, karena itu membutuhkan
pendidik yang memahmi dan juga punya kecakapan memfasilitasi. Meskipun sangat
mengandalkan kemandirian pemelajar, membuat laporan dan mempersentasikannya,
PBL yag baik tetap memerlukan dukungan pendidik. Bahkan tidak berlebihan bila
disebutakn bagaimana pendidik memfasilitasi sesi PBL merupakan salah satu fokus
kritis keberhasilan metode belajar ini. Untuk menjalankan peran sebagai fasilistor pendidik perlu
meninjau ulang lagi pandangannya atas :
·
Pengetahuan,
dan bagaimana seharusnya pemelajar mendapatkannya
·
Interaksi
antara pendidik-pemelajar
·
Interaksi
antara pemelajar-pemelajar
·
Interaksi
antara pendidik & pemelajar dengan informasi
Sudah
banyak kritik yang muncul atas gaya mengajar pendidik yang hanya memberikan
ceramah (komunikasi satu arah). Slide demi
slide Powerpoint dihaviskan demi
menyampaikan semua informsi yang harus diterima pemelajar ,sementara kesempatan
interaksi sedikit sekali. Pendekatan seperti ini kurang menuntut proses
berpikir yang lebih baik atau kurang mendalam( high order thinking) pada pemelajar. Kita semua tahu, tujuan
pendidikan lebih dari sekadar mengumpulkan pengetahuan. Lebih dari itu,
pemelajar harus merasa terlibat, memahami, mencernanya, menyerap, bahkan
mengkontruksi pengetahuan itu sendiri. Bila pendidik memfasilitasi dengan baik
, maka pemelajar akan:
·
Terlibat
dengan konteks dari masalah.
·
Meningkat
rasa keinginantahuannya dengan bertanya.
·
Mencoba
mencari penyelesaian masalah yang disajikan.
Secara
keseluruhan, ini dapat mengoptimalkan motivasi yang mendorong pembelajaran
pemelajar.
Meskipun
demikian, tentulah motivasi pemelajar tidak muncul begitu saja. Ada baiknya, di
pertemuan pertama prinsip-prinsip pemelajaran yang berpusat pada pemelajar itu
disampaikan lagi pada pemelajar. Sampaikanlah bahwa mereka tidak mendapatkan
manfaat optimal bila masih menggunakan gaya lama, gaya yang berpusat pada
pemelajar pasif, hanya menunggu pendidik menyampaikan materi dan sumber
pembelajaran lainnya, serta hanya mempelajari materi yang terkait dengan
kemungkinan ujian saja. Itu pun lebih banyak menghafalnya tanpa pemahaman yang
mendalam. Kembali tonjolkan keunggulan-keunggulan PBL, dan sekaligus memastikan
bahwa itu hanya bisa terjadi apabila mereka, para pemelajar ini , mau bekerja
sama dengan kita.
Oleh
karena itu, fokus pendidik dalam sesi PBL haruslah( Tan,2003,hlm.44) :
·
Memfasilitasi
proses pembelajaran PBL, mulai dari mengubah kerangak pikir pemelajar,
mengembangkan kemampuan bertanya, membuat pemelajar terlibat dalam pembelajaran
kelompok.
·
Menuntut pemelajar dalam
mendapatkan strategi pemecahan masalah, mulai dengan penalaran yang mendalam(
deep reasoning) , serta berpikir metakognitif dan kritis.
·
Memediasi proses
mendapatkan informasi, mulai dengan mencari sumber informasi, membuat hubungan
antara satu sumber dengan sumber yang
lain, dan memberikan isyarat.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana memfasilitasi proses berpikir siswa ?
2.
Bagaimana menjalankan fungsi pendidik sebagai coach yang menuntun dan membimbing proses PBL?
3.
Bagaimana menggunaka perangkat-perangkat untuk memfasilitasi PBL ?
1.3 Tujuan
1.Mahasiswa
mengetahui pentingnya mengukuhkan lagi pemahaman dari mahasiswa tentang proses
belajar kelompok yang baik
2. Mahasiswa
mengetahui fungsi pendidik sebagai coach
3. Mahasiswa mengetahui
perangkat-perangkat untuk memfasilitasi PBL
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Memfasilitasi Proses Berpikir
Salah
satu tujuan dan manfaat PBL adalah mencoba membuat proses berpikir pemelajar
lebih baik. Pemelajar tidak lagi belajar mengandalkan memori( ingatan ) dan
mencontoh ( misalnya, jawaban ujian sebelumnya) saja. Tujuan ini akan lebil
maksimal apabila turut didukung oleh kemampuan memfasilitasi pendidik. Pendidik
harus mampu menciptakansuasana dialog antara dirinya dengan kelompok pemelajar
, dan antara sesama pemelajar. Saat pendidik bertanya, mengkritik, meminta
penjelasan lebih lanjut, meminta pemelajar lain menjawab pertanyaan,” terlihat
pemikirannya” oleh seisi kelas. Jadi, bukanlah sekadar membuat pemelajar”
melihat pemikiran pendidiknya” seperti kalau sang pendidik melulumemberika
ceramah secara sistematik, jelas, dan tertata.
Saat
memfasilitas pendidik harus memediasi dengan penuh selidik, dan bertanya ,
untuk memfasilitasi konsep kunci, atau prinsip maupun teori. Pendidik selalu
menjembatani dan menutup kesenjangan
yang ada dalam menuntut pemelajar mempelajari
apa yang penting dari masalah dan mendapatkan pengetahuan yang terkait.
Walau
belajar kelompok, pendidik berusaha menciptakan suasana yang produktif dan
menyenangkan. Pendidik juga mengawasi agar bahasan yang terjadi cukup
komprehesif, dan kritis mengevaluasi informasi dan sumber-sumber materi yang
digunakan.
Biasanya,
pendidik yang kurang inisiatif dalam memfasilitasi tidak mencoba menggali
pendapat pemelajar lebih jauh. Kalaupun
ada, pertanyaan yang dikemukakan adalah: “ bagaiman menurut anda ?” setelah itu
selesai. Pemelajar akan menganggap memfasilitasi seperti ini membosankan.
Seperti yang sudah kita bahas padaa bab
sebelumnya. Pendidik harus mngaitkan sebagai proses langkah PBL dengan :
·
Pengalaman
pemelajar sebelumnya
·
Konteks
dunia nyata yang akan dihadapi oleh pemelajar
·
Konsep
dan teori yang ada, baik yang sudah dipelajari maupun yang belum.
·
Berbagai
fakta dan gagasan yanga ada di seputar masalah yang sedang disajikan
Pernyataan-pernyataan
di tabel berikut, dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi dari setiap langkah
proses PBL.
Tabel 4.1 contoh-contoh
pertanyaan untuk memfasilitasi PBL
Langkah
1 :
Mengklarifikasi
istilah dan konsep yang belum jelas
|
·
Apa
yang anda pikirkan atas pertanyaan.... ini ?
·
Apa
yang terlitas pada pikiran anda ?
·
Apa
yang sudah anda ketahui atas masalah ini ?
·
Apa
pertanyaan yang berupa fakta dapat kita identifikasi?
·
Menurut
anda, apa maksudnya kalimat...?
·
Bisa
anda jelaskan lebih jauh tentang (konsep tertentu,dan lain-lain).
|
Langkah
2-3:
Merumuskan
masalah dan menganalisi masalah
|
·
Bagaimana
anda mengatakan dengan kalimat sendiri..?
·
Bisa
anda gambarkan dengan kalimat sendiri?
·
Bisa
anda buat urutan-urutannya? Pertama...,kemudian....
·
Bisakah
anda ungkapkan apa yang dibahas oleh kelompok ?
·
Apakag
semua anggota punya pandangan yang sama? Apa yang berbeda?
·
Apa
pendapat anda atas pendapat si...,teman anda?
|
Langkah
4 :
Menata
gagasan anda dan secara sistematis menganalsisnya dengan dalam.
|
·
Apa
yang bisa kita buat dengan informasi yang ada?
·
Apa
informasi tambahan yang agaknya anda perlukan?
·
Apakah
kita bisa memastikan bahwa..?
·
Anda
bisa pikirkan hal yang lain,seperti..?
·
Apakah
kaitannya itu dengan yang anda katakan?
·
Apakah
anda sudah mempertimbangkan kemungkinan yang ada?
·
Apakah
kita punya data/pengetahuan yang cukup untuk mengatakan bahwa...?
·
Dimana
anda bisa mendapatkan sumber tersebut?
|
Langkah
5 :
Penentuan
tujuan pembelajaran
|
·
Apa
saja yang anda anggap penting untuk menyelesaikan masalahnya?
·
Sudahkah
anda mendaftar semua pertanyaan kunci?
·
Mengapa
anda anggap isu/tujuan ini penting?
·
Mengapa
anda menyertakan hal..?
·
Sumber
apa saja yang anda anggap bisa digunakan?
|
Langkah
6 :
Mencari
informasi tambahan dari sumber yang lain ( di luar diskusi kelompok)
|
·
Coba
gambarkan apa yang anda pelajari tentang...?
·
Jelaskan
apa yang anda pahami atas ?
·
Apa
yang anda maksudkan dengan...,bisa lebih spesifik?
·
Bisa
anda elaborasi lagi tentang..?
·
Seberapa
valid dan dapat diandalkan (reliable)
hal tersebut?
·
Seperti
apa cara berfungsinya?
·
Mengapa
seperti itu ?
·
Jelaskan
strategi yang anda buat?
·
Apa
taruhannya kalau kita melakukan/tidak melakukan itu?
·
Apa
kosekuensinya?
|
Langkah
7 :
Saat
laporan (paper dan presentasi kelompok)
|
·
Apa
tiga hal kunci yang anda pelajari tentang masalah ini?
·
Apa
yang anda pelajari tentang diri anda,dan juga rekan kelompok?
·
Seberapa
beda yang terjadi,kalau seandainya..
·
Sumber
baru apa/ mana yang anda peroleh?
·
Solusi
apa yang anda usulkan untuk memenuhi kriteria berikut?
·
Bagaimana
cara menerapkannya di situasi yang
lain?
·
Apa
yang berbeda yang harus anda lakukan di kesempatan ini?
·
Tindak
lanjut seperti apa yang anda rekomendasikan?
|
2.2 Pendidik Sebagai
Coach
Dengan
kecakapan pendidik menyajikan pertanyaan- pertanyaan dalam tahapan proses PBL,
itu artinya kita menciptakan budaya keingintahuan,membantu mereka
mengartikulasikan rasa ragu, dan mampu mengkomunikasikan apa yang ada di balik
pertanyaan. Kita menyediakan mereka model untuk ditiru ,sebuah struktur yang
dapat mereka lakukan dalam berbagai konteks. Semua yang penting mereka lakukan
saat mereka melakukan belajar kelompok dalam PBL. Mereka seharusnya kemudian
dapat menyadari bahwa “berinteraksi secara dinamis seprti ini lah layaknya yang
harus terjadi dalam belajar”, bukan hanya pasif dan mendengarkan saja.
Cara-cara bertanya dan bagaimana
kita menggiring sebuah proses PBL di atas juga di menjelaskan sekali lagi bahwa
fungsi pendidik bukan lagi penguasa di
atas panggung kelas,tapi memandu dari pinggir, jelas, perannya seperti
mentor yang sedang melakukan proses coaching.
Coaching adalah sebuah proses penentuan sasaran ,pemodelan,pemanduan,pemfasilitasan,
pemonitoran, dam pemberi umpan balik bagi pemelajar berpikir aktif dan mandiri
(Ho, 2008 ). Persis bagaimana seorang pelatih dalam bidang olahraga memberikan
panduan dalam latihan-latihan atletnya. Hampir tidak ada bedanya. Karena itu lah,
di berbagai literatur tentang coaching
dalam pendidikan kita menemukan istilah “ to
be a successful teacher, you must be a successful coach.
Menurut Kitchener ( 1983, dalam Ho
2008 ), ada tiga tingkatan coaching dalam fungsi sebagai pendidikan, yakni kognisi,
metakognisi, dan kognisi epistemik. Panduan-panduan pertanyaan pada tabel 4.1
di atas , yang disana di kaitkan dengan 7 langkah PBL, sebenarnya dapat kita
golongkan pada tiga golongan coaching ini. Pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan
harus dipikirkan masak-masak untuk
menjawabnya ( thoughtful), menantang, dan probing ( mempertanyakan). Itu pun
harus di iringi dengan kecakapan dalam menerapkannya dalam watu yang tepat(
bila perlu menunggu-memberikan jeda-kepada pemelajar untuk berpikir),
menggunakan petunjuk nonverbal( kontak mata-gerak-gerik tubuh,mendekati) dan
intonasi. Juga kecakapan merangkum pertanyaan pemelajar ,menerjemahkannya,
memberi contoh, dan lain sebagainya.
Memperhatikan penjelasan di atas,
jelas memfasilitasi proses PBL dengan fungsi pendidik sebagai coach bukanlah urusan yang mudah. Prosesnya
kompleks dan pendidik memerluka pelatihan dang pengalaman, sekaligus juga
kemauan untuk berrefleksi agar bisa
mahir menjalankannya tidak begitu mengherankan ,bnyak pendidik yang
langsung”menyerah “ begitu pertama menjalankan proses PBL. Ada perasaan “lepas
kendali” yang mereka rasakan saat
mencoba berfungsi sebagai coach. Ini sering diperparah dengan kondisi
pemelajaryang juga sering melihat” kok sedikit sekali informasinya”sehingga
mereka merasa belum belajar apa-apa.
Meskipun demikian kita tetap bisa
mengukur sejauh mana kematangan kita dalam memfasilitasi tersebut. Berbagai
pertanyaan kritis tentang diri kita sendiri bisa menjadi tolak ukur, sejauh
mana kita memfasilitasi, khususnya memfasilitasi proses berpikir ( kognitif).
Paling tidak, dua pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan sebagai acuan :
·
Apakah
dalam prosesnya kita sudah bisa menciptakan
intruksi yang menuntun ,menjadi model,dan membuat mereka bisa
mengerjakan tugasnya secara lebih terkelola.
·
Apakah
kondisi yang kita ciptakan sudah cukup mendorong proses metakognitif serta
membangkitkan keingintahuan mereka.
·
Begitu
pendidik memahami posisi ini dan mencoba meningkatkan keefektifannnya , maka
pelan-pelan ia akan mulai melihat manfaat PBL,begitu pula dengan pemelajarnya.
Lambat laun, keragka pikir akan semakin berubah dan semakin kukuh dari hari ke
hari.
2.3 Menggunakan
Perangkat Untuk Memfasilitasi
Meskipun
keterampilan memfasilitasi, terutama
menciptakan suasana interaktif dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan
memoderatori diskusi sangat penting, seorang pendidik yang memfasilitasi PBL
memerlukan perangkat-perangkat tertentu. Perangkat ini diharapkan akan
memudahkan pendidik dalam menjaga konsistensi proses PBL. Perangkat yang
disajikan di buku ini : lembar fasilitator, formulir pertemuan I untuk dosen,
formulir pertemuan III A untuk dosen dan formulir pertemuan III B. Pendidik
dapat saja memodifikasi formulir-formulir ini agar sesuai dengan kondisi yang
membuat pendidiknyaman dan tidak terlalu dipusingkan dengan urusan-urusan yang
bersifat teknis (umumnya, semakin rumit perangkatnya, semakin enggan pendidik
baru mencoba proses PBL). Lebih dari itu, selalulah membuat perencanaan yang
baik untuk memastikan bahwa :
·
Kita
tau persis bagian mana dari “ problem “ yang bisa membuat pemelajar terlibat
(engaged).
·
Kita
tahu persis strategi bertanya mana yang akan kita pakai untuk setiap tahapan
PBL
·
Berbagai
persiapan lainnya.
Sederhananya,
bila pendidik merasa yakin untuk masuk kelas tanpa persiapan – untuk persiapan
tradisionil yang mereka lakukan – ada baiknya asumsi itu dihilangkan dulu untuk
menerapkan PBL, terutama pada tahap-tahap pengalaman mereka menjalankan PBL.
2.4
Berikan Penekanan Pada Belajar Kelompok
Penjelasan atas pentignya bekerjasama harus selalu
ditekankan pada pemelajar. Dengan PBL yang diakukan dalam kelompok pemelajar
diharapkan mendapatkan lebih banyak kecakapan (daripada hanya pengetahuan yang
di hafal). Mulai dari kecakapan memecahkan masalah (problem solving skills), kecakapan berpikir krits (critical thinking skills), kecakapan
bekerja dalam kelompok (team work skills),
kecakapan interpersonal dan komunikasi (interpersonal
and communication skills), serta kecakapan pencarian dan pengolahan informasi
(search and manage information).
Pembangunan
kecakapan-kecakapan seperti tersebut di atas baru daapr terjadi dengan baik
bila pemelajar terlibat dalam proses PBL secara maksimal. Pemelajar perlu
diingatkan terus menerus untuk tidak lagimenggunakan cara-cara kerja kelompok
lama yang sudah “usang”. Cara lama itu misalnya :
·
Datang
ke kelas tidak bawa buku referensi apalagi membacanya sebelumnya.
·
Dalam
kelompok lebih sering membicarakan hal yang tidak terkait dengan masalah.
·
Terburu-buru,
tidak berpikir lebih jauh dalam mengemukakan pendapat, terllu cepat mengambil
kesimpulan.
·
Tidak
aktif dalam diskusi.
·
Membiarkan
orang-orang tertentu menyelesaikan tugas, tidak membaca panduan, malas mencari
referensi baru, membuat laporan seadanya, dan sebagainya.
Pada
saat kerja kelompok ini, perlu dihindari pandangan bahwa pemelajar bekerja
“sendiri”. Banyak keluhan pemelajara yang menjalankan PBL, karena pendidik yang
seharusnya memfasilitasi, hanya duduk di depan kelas, atau berkeliling tanpa
melibatkan diri.
BAB III
KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
Belajar
berbasis masalah, atau yang lebih popular dengan Problem Based Learning (PBL)
adalah suatu metode atau cara pembelajaran, atau mungkin dalam pelatihan, yang
ditandai oleh adanya masalah nyata, a real-world problems, sebagai sebuah
konteks bagi para pebelajar untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan
memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.
Ada dua tujuan utama PBM. Tujuan yang pertama, adalah ingin meningkatkan secara
maksimal daya tahan pengingatan atau retensi. Tujuan yang kedua, adalah untuk
menjamin penyamp aian informasi yang
bukan hanya sekedar transfer pengetahuan (transfer of knowledge) saja.
Tahap-tahap pemecahan masalah sebagai berikut ini, yaitu: 1) penyampaian ide
(ideas), 2) penyajian fakta yang diketahui (known facts), 3) mempelajari
masalah (learning issues), 4) menyusun rencana tindakan, (action plan) dan 5)
evaluasi (evaluation).
3.2
Saran
Sebaiknya bagi seorang guru atau fasilitator
dapat mengerti cara memfasilitasi PBL sehingga siswa lebih antusias dalam
mengikuti pelajaran yang disampaikan dan motivasi belajar menjadi lebih
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar