Buku Teks Berbasis Intelektual dan Model Representasi Teks
2.1 Pengertian
Buku Teks Berbasis Intelektual
Intelektual adalah cerdas,
berpikir, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan serta mempunyai
kecerdasan tinggi dan cendikiawan. Intelektual juga merupakan totalitas
pengertian atau kesadaran, terutama yg menyangkut pemikiran dan pemahaman. Secara bahasa,
intelektual adalah “cendekiawan”, dilihat lebih kata
intelektual dapat diartikan arif dalam bahasa Indonesia. Kata arif itu
berarti cerdik pandai , bijaksana, berilmu. Dalam bahasa arab intelektual
adalah orang yang berakal, orang yang mengetahui, berbudaya,
akal pikiran. Intelektual menurut istilah adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri kepada
pengembangan gagasan orisinal dan dalam usaha-usaha intelektual kreatif.
Berkaitan dengan buku teks, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya
bahwa buku teks adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah
dan perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran. Buku teks itu
selalu berkaitan dengan bidang studi. Contohnya, buku teks mengenai matematika,
biologi, fisika, dan lain-lain. Sedangkan, intelektual artinya adalah cerdas
dan berpikir berdasarkan ilmu pengetahuan. Jadi dapat disimpulkan, buku teks
berbasis intelektual adalah buku yang dirancang untuk penggunaan dikelas,
disusun dan disiapkan dengan cermat dan cerdas oleh para pakar atau ahli dalam
bidang itu, mudah dipahami sesuai dengan gradasi-gradasi tertentu, dan
diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi. Sesuai
dan serasi disini artinya buku teks itu disusun dengan cara yang dapat memenuhi keperluan belajar
tersebut. Maksudnya adalah isinya benar dari segi keilmuan,
disusun secara sistematis, mengandung informasi yang kaya dan relevan, terdapat
kesinambungan, kesaksamaan, keteraturan, serta keseimbangan.
2.2 Ciri
– Ciri Buku Teks Berbasis Intelektual
Buku memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat
modern, terutama dalam bidang pendidikan. Banyak hal yang dapat dipelajari dari
buku. Bahkan dapat dikatakan hampir semua segi kehidupan manusia direkam di
dalam buku.
Bagi seorang pelajar atau mahasiswa salah satu buku yang sangat
diperlukan ialah buku teks. Dengan adanya buku teks dapat menunjang kegiatan
belajar mengajar dalam mata pelajaran tertentu. Semakin baik kualitas buku
teks, maka semakin sempurna pengajaran mata pelajaran yang ditunjangnya. Buku
teks yang baik adalah buku teks yang cocok dan sesuai dengan tuntutan suatu
kelas. Beberapa ciri buku teks berbasis intelektual diantaranya:
a.
Aspek isi materi pelajaran
Materi pelajaran merupakan bahan pelajaran yang disajikan dalam buku
teks ataupun buku pelajaran. Buku teks yang baik memperhatikan relevansi,
adekuasi, keakuratan, dalam proporsionalitas dalam penyajian materinya.
·
Relevansi
Relevansi artinya buku teks berbasis intelektual itu memuat materi yang
relevan dengan tuntutan kurikulum yang berlaku, relevan dengan kompetensi yang
dimiliki oleh lulusan tingkat pendidikan tertentu, serta relevan dengan tingkat
perkembangan dan karakteristik siswa yang akan menggunakan buku teks tersebut.
·
Adekuasi
Adekuasi berarti kecukupan. Kecukupan disini mengandung arti bahwa buku
tersebut memuat materi yang memadai, menyajikan materi yang kaya atau subject matter yang
kaya, bervariasi, mudah dibaca dan dipahami serta sesuai dengan minat dan
kebutuhan siswa. Buku teks berbasis intelektual juga berisi materi yang
mendalam sehingga membatu siswa dalam memecahkan masalah-masalah akademis yang
dihadapinya. Misalnya pada saat siswa mengerjakan tugas atau latihan, kedalaman
pengejaan atau pemecahan masalah terakomodasi oleh buku, baik disebabkan buku
itu memuat hal yang dipelukan siswa atau adanya petunjuk untuk mendapat
rujukan-rujukan yang memungkinkan masalah itu terpecahkan.
·
Akurat
Keakuratan mengandung arti bahwa isi materi yang disajikan dalam buku
benar-benar disusun secara keilmuan, mutakhir, bermanfaat bagi kehidupan dan
pengemasan materi sesuai dengan hakekat pengetahuan.
·
Proporsinalitas
Proporsioalitas berarti uraian materi buku memenuhi keseimbangan,
kelengkapan, kedalaman dan keseimbangan antara materi pokok dengan materi
pendukung, serta dilengkapi dengan evaluasi yang memungkinkan siswa ampu
mengetahui kompetensi yang telah dicapainya.
b.
Aspek Penyajian
Aspek penyajian buku teks yang baik menyajikan bahan secara lengkap,
sistematis, sesuai dengan tuntutan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
cara penyajian yang enak dibaca dan dipelajari. Ciri-ciri aspek penyajian
memiliki dua bagian yang meliputi:
·
Sistematis
Sistematis berarti materi yang disajikan memperhatikan kemudahan
pemahaman siswa dalam hal penjelasan dan penggambaran, disusun secara
sistematis, dan tersusun berdasarkan gradiasi tertentu, bahan kajian yang
berkaitan dihubungkan satu sama lain secara terpadu, penempatan pelajaran dalam
keseluruhan buku dilakukan secara tepat, materi yang disajikan diperhatikan
dari segi urutan, seperti dari mudah ke sulit, dari sederhana ke rumit, dari
umum ke khusus, dan sebagainya.
·
Ilustratif
Ilustratif maksudnya buku teks berisi materi yang disajikan dengan
metode dan sarana yyang mampu menstimulasi siswa untuk tertarik membaca buku.
Misalnya, disajikan gambar yang mampu membantu siswa untuk menemukan jawaban
dari suatu latihan dengan adanya pojok/kolom diskusi maupun pojok/kolom rumus
cepat, serta memperkonkret pengalaman belajar siswa dan memungkinkan siswa
untuk membuktikannya dilingkungan sekitar atau melalui penelitian sederhana.
- Aspek Bahasa
Bahasa merupakan sarana dan sebagai alat dalam penyampaian dan
penyajian bahan, seperti kosakata, kalimat, paragraf, dan wacana. Keterbacaan
berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa bagi tingkatan siswa. Untuk setiap
tingkatan siswa, buku teks bersifat komunikatif. Komunikatif artinya pemahaman
harus didahului oleh komunikasi yang tepat. Faktor utama yang berperan disini
adalah bahasa pengungkapan dilakukan secara lugas (tidak berbelit-belit), istilah
diberi penjelasan atau contoh, penggunaan kata dan istilah dalam bahasa asing
attaau bahasa daerah yang tidak relevan dihindari, penyajian mendorong
keaktifan siswa untuk berpikir dengan cara bervariasi. Selain itu, bahasa yang
digunakan sesuai dengan bahasa siswa, kalimat-kalimatnya efektif dan terhindar
dari makna ganda.
d.
Aspek Grafika
Grafika merupakan bagian dari buku teks yang berkenaan dengan fisik
buku, mliputi ukuran buku, jenis kertas, cetakan, ukuran huruf, warna dan
ilustrasi yang membuat siswa menyenangi buku yang di kemas dengan baik dan
akhirnya juga meminati untuk membacanya.
2.3 Fungsi atau Kegunaan Buku Teks Berbasis Intelektual.
Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa dunia kita ini adalah dunia
buku. Dengan ungkapan ini, ditegaskan betapa pentingnya kedudukan buku,
khususnya buku teks berbasis intelektual dalam kehidupan kita terutama dalam proses
belajar mengajar. Dengan adanya buku teks berbasis intelektual maka materi ilmu
pengetahuan dapat dihimpun ke dalam suatu wadah yang selalu tersedia secara
permanen.
Banyak cara efektif yang dapat dilakukan oleh para siswa dalam
menggunakan serta memanfaatkan buku teks, antara lain dengan cara melatih mereka
membaca intensif. Seorang guru hendaknya menjelaskan bahwa nilai buku teks
tergantung atas penggunaannya bagi tujuan-tujuan mempelajari fungsi atau
kegunaan buku teks berbasis intelektual tersebut. Adapun fungsi atau kegunaan
buku teks tersebut antara lain:
·
Sumber pemecahan masalah akademis
Salah satu
ciri buku teks berbasis intelektual adalah adekuasi, yaitu buku tersebut memuat
materi yang menyajikan materi yang kaya, atau subject matter yang kaya,
bervariasi, mudah dibaca dan dipahami sehingga siswa dapat menyelesaikan
masalah akademis dengan mudah. Itulah sebabnya, buku teks berbasis intelektual
dilengkapi dengan pojok/kolom diskusi maupun pojok/kolom rumus cepat yang
berguna untuk membantu siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah akademisnya.
·
Menstimulasi kreativitas siswa
Buku teks
berbasis intelektual, selain berisi subject matter yang kaya, juga
sangat ilustratif. Buku teks yang kaya akan materi, mudah dipahami dan
dilengkapi dengan ilustrasi-ilustrasi yang menarik, dapat menstimulai
kreativitas anak untuk membuktikannya di lingkungan sekitar maupun melalui
penelitian sederhana. Misalnya pada pelajaran fisika pokok bahasan fluida
mengenai hukum Archimedes. Setelah membaca isi buku teks berbasis intelektual
tentang hukum Archimedes, siswa dapat membuktikan materi itu dalam kehidupan
sehari-hari. Seperti mengetahui volume suatu benda dengan mencelupkan benda
tersebut ke dalam air dan menghitung selisih volume air setelah benda
dimasukkan (Vakhir) dan sebelum dimasukkan (Vawal) {Vbenda
= Vakhir – Vawal}, Ini merupakan pengaplikasian terhadap
hukum archimedes. Contoh lainnya yaitu mengenai katrol. Dengan berbagai
penjelasan yang menarik dan penuh ilustrasi mengenai katrol di dalam buku teks
berbasis intelektual, secara kreatif siswa kemudian akan menghubungkannya
dengan katrol di rumah atau di lingkungan mereka masing-masing, seperti katrol
penarik beban yang di gunakan di sumur dan lain-lain. Setelah membuktikan
materi itu dalam kehidupan sehari-hari, siswa dapat mengetahui cara kerja dari
katrol itu sendir
·
Memotivasi keaktifan siswa untuk berpikir
Motivasi
berasal dari kata motif yang berarti daya pendorong bagi seseorang untuk
aktif berpikir melakukan sesuatu. Motivasi diartikan sebagai penciptaan kondisi
yang ideal. Buku teks berbasis inelektual adalah buku teks yang dapat membuat
siswa ingin dan senang mengerjakaan apa yang diinstruksikan didalaam buku teks.
Buku teks berbasis intelektual yang berisi pojok/kolom diskusi dapat membuat
siswa untuk dapat berpikir aktif untuk memecahkan masalah yang diberikan dengan
mengikuti instruksi dari buku teks berbasis intelektual tersebut. Misalnya dengan
adanya ilustrasi, maupun kuis, dapat memotivasi dan melatih keaktifan siswa
berpikir menyelesaikannya.
·
Menarik minat
Buku teks
berbasis intelektual juga dapat menarik minat siswa untuk terlebih dahulu memiliki,
kemudian membaca, dan selanjutnya mengerjakan latihan-latihan dalam buku teks
berbasis intelektual. Artinya dengan adanya ciri-ciri aspek grafika dalam buku
teks berbasis intelektual, yaitu yang berkenaan dengan fisik buku, baik ukuran kertas, warna, ilustrasi dan
lain-lain, maka siswa akan lebih berminat untuk memiliki dan membacanya. Selain
dapat dilihat dari ciri-ciri aspek grafika, kegunaan dari buku teks berbasis
intelektual juga dapat dilihat dari ciri-ciri aspek pennyajian. Aspek penyajian
dalam buku teks berbasis intelektual memiliki bahan secara lengkap, sistematis
dan sesuai tuntutan pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Jika penyajiannya
bertahap, dari yang mudah ke yang sukar, sederhana ke rumit, dari umum ke
khusus, dan sebagainya, maka tentu buku teks berbasis intelektual itu dapat
menarik minat siswa untuk turut campur dalam menyelesikan kuis dan
latihan-latihannya.
2.4 Pengertian Model Representasi Teks
Bila
diartikan per kata, Model berarti pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang
akan dibuat atau dihasilkan. Sedangkan representasi sebagai suatu tindakan yang
menghadirkan atau mempresentasikan sesuatu lewat sesuatu yang lain diluar
dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol. Representasi adalah konsep yang
digunakan dalam merujuk pada penggunaan bahasa dan gambar untuk membentuk makna
mengenai dunia sekitar kita . Representasi artinya sesuatu yang digambarkan dan
ditampilkan dalam naskah. Sementara teks adalah ungkapan bahasa yang memiliki / mengandungmakna, tatabahasa, dansusunan.
Jadi,
dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa Model Representasi Teks (MRT) didefinisikan sebagai
sebuah antar muka yang dapat mewadahi analisis teks (terutama analisis
koherensi dan wacana argumentatif dari teks). Hal ini dikarenakan Model
Representasi Teks dapat menampilkan unit wacana secara berkesinambungan menurut
fungsi keabstrakannya (dimensi progresi-elaborasi). Dengan demikian Model
Representasi Teks dapat menghubungkan dasar wacana dan struktur substansi. Model
Representasi Teks mensyaratkan kejelasan hubungan antara hubungan unit-unit teks
dan ketepatan struktur pengetahuan pada berbagai tingkat menurut dimensi
progresi dan melalui pengembangan mater-subjek menurut dimensi elaborasi.
Upaya pengukuhan suatu kebenaran dapat dilihat pada Model
Representasi Teks yang dihasilkan. Upaya pengukuhan pada level makro memiliki
tindakan wacana makro dan level tindakan menurun sesuai dengan tindakan wacana
yang diambil. Demikian juga proposisi kebenaran memiliki level yang sesuai
dengan upaya pengukuhan mulai dari makro tema sampai mikro tema. Apabila pengukuhan berada pada
tindakan makro maka proposisi kebenaran juga berada pada makro tema demikian
sampai tindakan mikro yang sesuai dengan mikro tema. Kesesuaian ini dapat
dilihat dari substansi sebagai makro tema dengan tindakan wacana memperkenalkan
atau mengembangkan. Sub substansi sebagai mikro tema juga dapat disesuaikan
dengan tindakan wacana pada level memperkenalkan, mengembangkan,atau
memaparkan.
2.5 Unsur Model Representasi Teks
Unsur Model
Representasi Teks menampilkan unit wacana secara berkesinambungan menurut
fungsi keabstrakannya (dimensi progresi-elaborasi).
1.
Dimensi Progresi
Dimensi progresi
dialurkan dari atas ke bawah. Semakin kebawah
tingkat abstraksinya semakin rendah (mendekati konkret). Kriteria kejelasan antar hubungan unit-unit dicapai
melalui pertahapan wacana dalam dimensi progresi Artinya suatu pemahaman materi
teks yang disusun berdasarkan tingkatan-tingkatan yang semakin maju menuju ke
arah konkret.
2.
Dimensi Elaborasi
Dimensi elaborasi
mengikuti alur dari kiri ke kanan untuk memungkinkan keutuhan hubungan hierarki
antar unit-unit dalam materi subyek. Untuk setiap dimensi berlaku
ketentuan: proposisi yang ditempatkan lebih belakang mempunyai hubungan
subordinat terhadap proposisi yang ditempatkan lebih awal. Untuk dimensi
elaborasi jika hubungan tersebut merupakan subordinat, maka sekuensial
berdasarkan waktu atau ruang, preposisi tersebut ditempatkan berdampingan
(hubungan koordinat). Untuk
dimensi progresi, hubungan koordinat berlaku jika proposisi merupakan rujukan
bagi proposisi yang mendahuluinya.
Materi pelajaran bisa disampaikan kepada siswa
tanpa harus guru yang menyampaikan, akan tetapi suatu rekaman video yang berisi
suatu pokok bahasan telah siap dipertontonkan kepada siswa. Materi pelajaran
tersebut dibuat dengan kajian materi yang lebih terstruktur, yang dilengkapi
dengan contoh, aplikasi dan animasi yang lebih audio-visual. Hal ini diharapkan dapat menarik perhatian siswa
dalam proses belajar mengajar di kelas, sehingga mereka bisa belajar lebih
bermakna.
Pengembangan materi pembelajaran didasarkan pada
model representasi teks yang digunakan sebagai kerangka dasar analisis suatu
teks. Fungsi model dalam menjaga kejelasan antar hubungan unit-unit teks dan
ketepatan struktur materi subyek ilmu yang diwakilinya pada berbagai tingkat
(Agus dalam Septihartadi, 2002). Proposisi makro disusun dalam suatu
struktur makro yang menunjukkan hubungan proposisi makro di dalam suatu
keterpaduan progresi dan elaborasi.
2.6 Fungsi atau Kegunaan Model Representasi Teks
Adapun fungsi atau kegunaan Model Representasi
Teks diantaranya:
·
Menganalisis tingkat kesesuaian
buku teks (tinggi-menengah-rendah).
·
Memudahkan pembaca/pembelajar dalam memahami materi.
·
Menarik minat pembaca/pembelajar untuk membaca/mempelajari materi.
·
Membantu guru
dalam membuat suatu pola yang dapat memudahkan untuk penyampaian ulang suatu hal.
Terdapat bagan dari model representasi teks menurut dimensi
progresi dan elaborasi. Dimensi progresi mengendalikan pengembangan teks secara
makro, dinyatakan oleh P-I sampai P-IV. P-I dan P-IV merupakan progresi linier
karena berada pada tingkat yang sama dengan topik. Pada dimensi progresi
menjelaskan langkah-langkah pengendalian umum sebagai proses pengembangan
wacana yang lebih menyeluruh terlepas dari struktur materi subyek, serta fasilitas
untuk menerapkan fungsi pedagogi dan materi subyek merupakan pengendalian
materi subyek secara makro.
Menurut Siregar (dalam Septihartadi, 2002)
proposisi merupakan pernyataan pengukuhan dibedakan menurut tingkat
abstraksinya. Proposisi dengan tingkat abstraksi tinggi dinyatakan dalam kotak
tebal dan dirujuk sebagai proposisi makro, tingkat abstraksi rendah dinyatakan
dalam kotak biasa dan dirujuk sebagai proposisi mikro. Baik proposisi makro (P)
maupun mikro (S) masih dapat diuraikan kedalam beberapa proposisi bawahan. Penguraianiniditunjukkanoleh
P-II dan P-III terhadap P-I dan S-3 terhadap S-2.Dari Gambar 2.1 tersebut,
proposisimakroutamaditunjukkanoleh P-I dan P-IV, sedangkan P-II dan P-III adalah makro bawahan. Begitu pula dengan struktur mikro, struktur mikro utama ditunjukkan oleh S-1, S-2, S-4, S-5, S-7, S-9, S-10, dan S-11, sedangkan mikro bawahan ditunjukkan oleh S-3, S-6, S-8, dan S-12.
Tugas utama dalam analisis wacana adalah mengorganisasi terkecil, proposisi mikro (upaya pengukuhan yang mewakili struktur permukaan teks menjadi unit
yang lebih besar yaitu proposisi makro). Secara berulang– ulang proposisi makro dapat digabung menjadi proposisi makro yang lebih umum pada tingkatan abstraksi yang
akhirnya menjadi proposisi global. Dilihat dari fungsi realisasi motif, keseluruhan organisasi proposisi yang
dihasilkan, disebut struktur makro, adalah rangkaian tema (representasi materi subjek) yang terorganisasi secara hierarkis
(super–ordinat–hubungan ke atas, sub-ordinat– hubungan ke bawah, dan koordinat-hubungan mendatar).
Analisis wacana dengan demikian dipermudah oleh dua bentuk keteraturan yang saling mengisi yaitu urutan proposisi makro hasil realisasi motif (dimensi progresi) dan hirarki tema yang
dikendalikan oleh materi subyek (dimensi elaborasi).
Menurut analisis wacana, motif
direalisasikan menurut dimensi vertical dan horizontal. Realisasi vertical menyangkut tindakan makro yang diterapkan dalam rangka mewujudkan tujuan dari suatu wacana
(dimensi progresi) dan tindakan makro menurut organisasi tema (dimensi elaborasi). Hubungan antar tindakan makro di dalam dimensi progresi merumuskan struktur wacana, sedangkan hubungan antar tindakan mikro dalam dimensi elaborasi menentukan struktur materi subyek yang
dibentuk dalam wacana.
Model representasi teks kiranya membuka
jalan bagi penanggulangan proses transformasi media penulisan dari yang linier
(tekstual) menuju non-linier (hipertekstual) serta menangani masalah
disorientasi pembaca karena sifat dasar non-linier dari hiperteks. Tetapi analisis
terhadap sifat dasar ini masih terlalu singkat dan baru berupa artefak yang
belum terjangkau secara akademik karena pemproduksiannya(representasi
hipertekstual) yang menyimpang baik secara tradisional maupun sosial dari teks
linier. Walaupun diperkirakan berdaya guna karena dapat meningkatkan
intelektualitas pembaca, akan tetapi dirasakan masih sukar dicapai karena teks
akademik mempunyai struktur dalam tertentu yang kurang accessibel bagi
pembaca.Tanpa mampu menjangkau struktur dalam ini, pengetahuan menjadi
sekumpulan informasi, bukan merupakan suatu bangunan yang bermakna yang
memperlihatkan antar hubungan konten, substansi dan sintaktikal.
Terlepas
dari sifat prematur asumsi dari kemungkunan masih terjadinya disorientasi
navigasi serta tidak terjangkaunya struktur dalam, kiranya model representasi
teks dapat dijadikan landasan pokok penganalisisan teks sehingga
teridentifikasi wacana argumentatifnya.(dimensi progresi dan dimensi
elaborasi). Selain itu, model representasi teks dipandang lebih memadai
ketimbang model inti dan satelit dari teori statis karena sudah relevan untuk
konteks wacana sains.
a.
Abstrak berarti tidak berwujud, tidak
berbentuk atau sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh pancaindera.
b.
Kriteria accesible adalah kriteria yang
menghendaki agar transformasi materi subyek mudah diakses dan dipahami oleh
peserta didik.
c.
Proposisi adalah suatu kalimat yang
merupakan pernyataan pengukuhan antara hubungan konsep dan dibedakan menurut
tingkat abstraksinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar