Masalah - Masalah Belajar
2.1 Definisi
Masalah Belajar
Masalah
adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat
sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya
sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa
masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi
diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan
menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan
yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat
didefinisikan "Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya".
"Belajar
adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari
pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya"
( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).
Menurut
( Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) "Belajar adalah proses tingkah
laku (dalam arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan
latihan".
Sedangkan
menurut Gagne (1984: 77) bahwa "belajar adalah suatu proses dimana suatu
organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman". Dari definisi
masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan
sebagai berikut :
"Masalah belajar
adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran
proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan".
Kondisi
tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa
kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami
oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa
murid-murid yang pandai atau cerdas.
Dalam
interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar
selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis
berkenaan dengan bahan belajar.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-Faktor yang dialami dan dihayati oleh siswa dan hal ini akan
sangat berpengaruh terhadap proses belajar:
1. Faktor-Faktor Internal Belajar
Untuk bertindak belajar
siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat
mengatasi masalahnya, maka ia tidak dapat belajar dengan baik.
1. Sikap Terhadap Belajar
Sikap merupakan kemampuan
memberikan penilaian tenyang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan
penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu memberikan sikap menerima, menolak
atau mengabaikannya begitu saja. Selama melakukan proses pembelajaran sikap
siswa akan menentukan hasil dari pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang
salah terhadap belajar akan membawa kepada sikap yang salah dalam melakukan
pembelajaran. Sikap siswa ini akan mempengaruhinya terhadap tindakan belajar.
Sikap yang salah akan membawa siswa merasa tidak peduli dengan belajar lagi.
Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif. Tentunya hal ini
akan sangat menghambat proses belajar. Sikap siswa terhadap belajar akan
menentukan proses belajar itu sendiri. Ketika siswa sudah tidak peduli terhadap
belajar maka upaya pembelajaran yang dilakukan akan sia-sia. Maka siswa
sebaiknya mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar.
2. Motivasi
Belajar
Tidak diragukan bahwa
dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan semangat pada siswa
untuk belajar. Karena seorang siswa meski memiliki semangat yang tinggi dan
keinginan yang kuat, pasti akan tetap ditiup oleh angin kemalasan, tertimpa
keengganan dan kelalaian. Maka tunas semangat ini harus dipelihara secara terus
menerus.
Motivasi belajar
merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya
motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.
Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar
pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.
Motivasi yang diberikan
dapat meliputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan keutamaan mencari ilmu.
Bila siswa mengetahui betapa besarnya keutamaan sebuah ilmu dan betapa besarnya
ganjaran bagi orang yang menuntut ilmu, maka siswa akan merasa haus untuk
menuntut ilmu. Selain itu bagaimana seorang guru mampu membuat siswanya merasa
membutuhkan ilmu. Bila seseorang merasa membutuhkan ilmu maka tanpa disuruhpun
siswa akan mencari ilmu itu sendiri. Sehingga semangat siswa untuk menunutut
ilmu sangat tinggi, dan hal ini akan memudahkan proses belajar.
3.
Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar
merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian
tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk
memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai strategi belajar mengajar
dan memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Yang perlu
diperhatikan oleh guru ketika memulai proses belajar ialah sebaiknya seorang
guru tidak langsung melakukan pembelajaran namun seorang guru harus memusatkan
perhatian siswanya sehingga siap untuk melakukan pembelajaran. Sebab ketika
awal masuk kelas perhatian siswa masih terpecah-pecah dengan berbagai masalah.
Sehingga sangat perlu untuk melakukan pemusatan perhatian dengan berbagai
strategi.
Menurut seorang ilmuan
ahli psikologis, kekuatan belajar seseorang setelah tiga puluh menit telah mengalami
penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat selama beberapa menit.
Istirahat ini tidak harus keluar kelas melainkan dapat berupa obrolan ringan
yang mampu membuat siswa merasa rileks kembali. Dengan memberikan selingan
istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.
4.
Mengolah Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar
merupakan kemampuan siswa untuk menrima isi dan cara pemerolehan ajaran
sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar merupakan nilai nilai
dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta nilai
kesenian. Kemampuan siswa dalam mengolah bahan pelajaran menjadi makin baik
jika siswa berperan aktif selama proses belajar. Misalnya, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang disampaikan, sehingga siswa
benar-benar memahami materi yang telah disampaikan. Siswa akan mengolah bahan
belajar dengan baik jika mereka merasa materi yang diampaikan menarik, sehingga
seorang guru sebaiknya menyampaikan materi secara menarik sehingga siswa akan
memusatkan perhatiannya terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
5.
Menyimpan Perolehan Hasil
Belajar
Menyimpan perolehan hasil
belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan.
Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu yang pendek
maupun dalam jangka waktu yang panjang. Proses belajar terdiri dari proses
pemasukan , proses pengolahan kembali dan proses penggunaan kembali. Biasanya
hasil belajar yang disimpan dalam jangka waktu yang panjang akan mudah
dilupakan oleh siswa. Hal ini akan terjadi jika siswa tidak membuka kembali
bahan belajar yang telah diberikan oleh seorang guru.
Untuk mengatasi hal ini
sebaiknya guru mengingatkan akan materi yang telah lama diberikan, serta
memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga mau atau
tidak mau siswa akan berusaha untuk mengingat kembali materi yang telah lama
disampaikan serta membuka kembali buku yang berkaitan dengan materi tersebut.
Sehingga Ingatan yang disimpan dalam jangka panjang akan semakin kuat.
6.
Menggali Hasil Belajar Yang
Tersimpan
Menggali hasil belajar
yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Dalam
hal baru maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali atau
mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama maka siswa akan memanggil
atau membangkitkan kembali pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil
belajar. Ada kalanya siswa mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan
lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau
pembangkitannya sendiri. Gangguan tersebut dapat dikarenakan kesukaran
penerimaan, pengolahan dan penyimpanan. Jika siswa tidak memperhatikan dengan
baik pada saat penerimaan maka siswa tidak memiliki apa apa. Jika siswa tidak
berlatih sungguh-sungguh maka siswa tidak akan memiliki keterampilan
(intelektual, sosial, moral, dan jasmani) dengan baik.
7.
Kemampuan Berprestasi
Kemampuan berprestasi
atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses belajar. Pada tahap ini
siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan. Siswa menunjukan
bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau menstransfer hasil
belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian
siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut
terpengaruh pada proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan,
pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan
pengalaman.
8.
Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul
dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan,
rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam
proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian
perwujudan diri yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Semakin sering
siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya akan
meningkat. Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan merasa lemah
percaya dirinya.
9.
Intelegensi Dan Keberhasilan
Belajar
Intelegensi merupakan
suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara
terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien.
Kecakapan tersebut menjadi actual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar
atau kehidupan sehari-hari.
Dengan perolehan hasil
belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau
kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu
rendah . Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu
pada tempatnya mereka didorong untuk melakukan belajar di bidang keterampilan.
10.
Kebiasaan Belajar
Kebiasaan-kebiasaan
belajar siswa akan mempengaruhi kemampuannya dalam berlatih dan menguasai
materi yang telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa
belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan
belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin,
bergaya jantan seperti merokok. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat
ditemukan di sekolah-sekolah pelosok, kota besar, kota kecil. Untuk sebagian
kebiasaan tersebut dikarenakan oleh ketidakmengertian siswa dengan arti belajar
bagi diri sendiri.
11.
Cita-Cita Siswa
Cita-cita sebagai
motivasi intrinsik perlu didikan. Didikan memiliki cita-cita harus ditanamkan
sejak mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan besar bagi siswa sehingga siswa
selalu termotivasi untuk belajar dengan serius demi menggapai cita-cita
tersebut. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi
maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuannya sendiri.
2. Faktor-Faktor Ekstern Belajar
Proses
belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses belajar juga
dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan
siswa. Dengan kata lain aktifitas belajar dapat meningkat bila program
pembelajaran disusun dengan baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa
pendidikan guru di sekolah merupakan faktor eksternal belajar. Ditinjau dari
segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor eksternal yang berpengaruh pada
aktivitas belajar. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Guru Sebagai Pembina Siswa
Belajar
Guru adalah pengajar yang
mendidik . Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya,
tetapi juga menjadi pendidik pemuda generasi bangsanya. Guru yang mengajar
siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi bidang
studi tertentu. Sebagai seorang pribadi ia juga mengembangkan diri menjadi
pribadi utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga
menghadapi masalah pengembangan diri, pemenuhan kebutuhan hidup sebagai
manusia.
Dengan penghasilan yang
diterimanya setiap bula ia dituntut berkemampuan hidup layak sebagai seorang
pribadi guru. Tuntutan hidup layak tersebut sesuai dengan wilayah tempat
tinggal dan tugasnya. Guru juga menumbuhkan diri secara professional. Ia
bekerja dan bertugas mempelajari profesi guru sepanjang hayat. Mengatasi
masalah-masalah keutuhan secara pribadi, dan pertumbuhan profesi sebagai guru
merupakan pekerjaan sepanjang hayat. Kemampuan mengatasi kedua masalah tersebut
merupakan keberhasilan guru membelajarkan seorang siswa.
2.
Prasarana Dan Sarana Pembelajaran
Prasarana pembelajaran
meliputi sarana olahraga, gedung sekolah ruang belajar, tempat ibadah, ruang
kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran,
buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media
pengajaran yang lain. Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan
kondisi pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti bahwa lengkapnya sarana
dan prasarana menentukan jaminan melakukan proses pembelajaran yang baik.
Justru disinilah muncul bagaimana mengolah sarana dan prasaranapembelajaran
sehingga tersenggara proses belajar yang berhasil dengan baik.
3.
Kebijakan Penilaian
Kegiatan penilaian
merupakan proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk
kerja siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut maka proses
belajar berhenti untuk sementara. Dan terjadilah penilaian. Hasil belajar
merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah siswa. Pelaku
aktif dalam pembelajaran adalah guru. Dengan demikian, hasil belajar merupakan
hal yang dapat dipandang dari dua sisi, dari sisi siswa hasil belajar merupak
tingkat perkembangan mental yang lebing baik bila dibandingkan pada saat pra
belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, efektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dinilai dari ukuran-ukuran
guru, tingkat sekolah dan tingkat nasional. Jika digolonhkan lulus maka dapay
dikatakan proses belajar siswa dan tindak mengajar guru berhenti sementara.
Jika digolongkan tidak lulus, terjadilah proses belajar ulang bagi siswa dan
mengajar ulang bagi guru.
4.
Lingkungan Sosial Siswa Di
Sekolah
Tiap siswa dalam
lingkungan sosial memiliki kedudukan, peranan dan tanggung jawab sosial
tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan seperti hubungan sosial
tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi hubungan akrab kerjasama, kerja
berkoprasi, berkompetisi, bersaing, konflik atau perkelahian.
5.
Kurikulum Sekolah
Kurikulum yang diberlakukan di sekolahadalah
kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau yayasan pendidikan.
Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyrakat. Dengan kemajuan dan
perkembangan masyrakat timbul tuntutan kebutuhan baru dan akibatnya kurikulum
sekolah perlu direkonstruksi. Adanya rekonstruksi itu menimbulkan kurikulum
baru. Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah seperti tujuan yang akan
dicapai mungkin akan berubah, isi pendidikan berubah, kegiatan belajar mengajar
berubah serta evaluasi berubah.
2.3 Menentukan
Siswa yang Mengalami Masalah Belajar
Belajar di sekolah terkait dengan beberapa hal .
Dalam bertindak belajar, siswa berhubungan dengan guru, bahan ajar ,
pemerolehan pengetahuan dan pengalaman, dan tata kerja evaluasi belajar. Di
samping itu, siswa secara intern menghadapi disiplin, kebiasaan, dan semangat
belajarnya sendiri. Faktor intern siswa tersebut merupakan hal yang cukup
kompleks .
Siswa
yang belajar di sekolah merupakan akibat dari program pembelajaran guru. Guru
berkepentingan untuk mendorong siswa aktif belajar. Dengan demikian sebagai
pendidik generasi muda bangsa, guru berkewajiban mencari dan menemukan
masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa .
1. Pengamatan Perilaku Belajar
Sekolah merupakan pusat pembelajaran. Guru
bertindak menjelaskan, dan siswa bertindak belajar. Tindakan belajar tersebut
dilakukanoleh siswa. Sebagai lazimnya tindakan seseorang, maka tindakan
tersebut dapat diamati sebagai perilaku belajar. Dengan kata lain, perilaku
belajar merupakan “gejala belajar” menurut pengamat. Sedangkan tindak belajar
atau proses belajar merupakan “gejala belajar” yang dialami dan dihayati oleh
siswa.
Guru selaku pembelajar bertindak membelajarkan dan
mengajar serta melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa. Bila ditemukan
masalah pada peserta didik, maka sebagi pendidik, guru berusaha membantu
memecahakan masalah.
Peran pengamatan perilaku belajar dilakukan sebagi
berikut :
1. Menyusun rencana pengamatan seperti tindak belajar
berkelompok atau belajar sendiri, atau yang lain.
2. Memilih siapa yang akan diamati meliputi bebebrapa
orang siswa.
3. Menentukan berapa lama berlangsungnya pengamatan,
seperti dua, tida atau empat bulan.
4. Menentukan hal-hal apa yang akan diamati, seperti
cara siswa membaca, cara menggunakan media belajar, prosedur, dan cara proses
belajar sesuatu.
5. Mencatat hal-hal yang diamati.
6. Menafsirkan hasil pengamatan.
2. Analisis Hasil Belajar
Dalam setiap kegiatan
belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar tersebut dapat berupa
lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian, ataupun berwujud karya atau
benda. Hasil belajar tersebut digunakan oleh guru untuk melakukan perbaikan
tindak belajar dan evaluasi. Bagi siswa berguna untuk memperbaiki cara-cara
belajar lebih lanjut .
Dalam
melakukan analisis hasil belajar, guru melakukan langkah-langkah berikut :
a. Merencanakan analisis sejak awal semester, sejlan
dengan desain instruksional
b. Merencakan jenis-jenis pekerjaan siswa yang
dipandang sebagai hasil belajar.
c. Merencakan jenis-jenis ujian dan alat evaluasi dan
menganalisis kepantasan jenis ujian dan alat evaluasi.
d. Mengumpulkan hasil belajar siswa baik yang berupa
jawaban ujian tulis, ujian lisan, dan karya tulis maupun benda.
e. Melakukan analisis secara statistik tentang
angka-angka perolehan ujian dan mengkategori karya-karya yang tidak bisa
diangkakan.
f. Mempertimbangkan hasil pengamatan pada kegiatan
belajar siswa; perilaku belajar siswa tersebut dikategorikan secara ordinal.
g. Mempertimbangkan tingakat kesukaran bahan ajar
bagi kelas yang dibandingkan dengan program kurikulum yang berlaku.
h. Memperhatikan kondisi ekstern yang berpengaruh
atau diduga ada pengaruhnya dalam belajar.
i.
Guru juga
melancarkan suatu angket evaluasi pembelajaran pada siswa menjelang akhir
semester, pada angket tersebut dapat dinyatakan tanggapan siswa tentang
jalannya proses belajar mengajar dan kesukran belajar.
Dengan analisis tersebut,
guru mengambil kesimpulan tentang hasil belajar kelas dan individu. (Winkel,
1991 : 325-37; Biggs & Telfter, 1987 : 459-506)
3. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah alat untuk membelajarkan
siswa. Meskipun demikian keseringan penggunaan tes tertentu akan menimbulkan
kebiasaan tertentu. Artinya, jenis tes tertentu akan membentuk jenis-jenis
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tes hasil belajar dapat digunakan
untuk menilai kemajuan belajar, dan mencari maslah-masalah dalam belajar. Untuk
menilai kemajuan dalam belajar, pada umumnya penyusun tes adalah oleh guru
sendiri. Untuk mencari masalah-masalah dalam belajar, sebaiknya penyusun tes
adalah tim guru bersama-sama konselor sekolah. Oleh karena itu, pada tempatnya
guru profesional memiliki kemampuan melakukan penelitian secara sederhana. (
Winkel, 1991; Biggs & Telfer, 1987).
2.4 Mengenal dan Mengatasi Kesulitan
Belajar Siswa
Dalam pelaksanaan tugas pembelajaran, guru tidak
hanya berkewajiban menyajikan materi pelajaran dan mengevaluasi siswa, akan
tetapi juga beranggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan belajar . Sebagai
pembimbing belajar siswa, guru harus mengadakan pendekatan bukan saja melalui
pendekatan intruksional, akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat
pribadi (personal approach) dalm setiap proses belajar mngajar berlangsung.
Melalui pendekatan pribadi, guru akan secara langsung mengenal dan memahami
siswa secara lebih mendalam sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang
optimal. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa setiap guru adalah sebagai
pengajar sekaligus berperan sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar .
Abdillah (2008), mengemukakan bahwa sebagi pembimbing dalm proses belajar
mengajar, seorang guru diharapkan mampu :
1. Memberikan informasi yang diperlukan dalam proses
belajar mengajar
2. Membantu setiap siswa dalam mengatasi setiap
masalah pribadi yang dihadapinya
3. Mengevaluasi hasil setiap langkah kegiatan yang
telah dilakukannya
4. Memberiakn setiap kesempatan yang memadai agar
setiap murid dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya
5. Mengenal dan memahami setipa murid baik secara
individual maupun secara kelompok.
Agar bimbingan belajar lebih terarah dalam upaya
membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar, maka perlu diperhatikan
langkah-langkah berikut :
a. Identifikasi
Identifikasi adalah suatu kegiatan yang diarahkan
untuk menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi
tentang siswa dengan melakukan kegiatan berikut :
1) Data dokumen hasil belajar siswa
2) Menganalisis absensi siswa di dalam kelas
3) Mengadakan wawancara dengan siswa
4) Menyebar angket untuk memperoleh data tentang
permasalahn belajar
5) Tes untuk memperoleh dat tentang kesulitan belajar
atau permasalahan yang sedang dihadapi
b. Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan atau penentuan mengenai
hasil dari pengolahan data tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan
jenis kesuliatn yang dialami siswa. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai
berikut :
1) Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar siswa
2) Keputusan mengenai faktor-faktor yang menjadi
sumber sebab-sebab kesulitan belajar.
3) Keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang
mengalami kesulitan belajar
Kegiatan
diagnosis dapat dilakukan dengan cara :
a) Membandingkan nilai prestasi individu untuk setiap
mata pelajaran dengan rata-rata nilai seluruh individu.
b) Membandingkan prestasi dengan potensi yang
dimiliki oleh siswa tersebut.
c) Membandingkan nilai yang diperoleh dengan batas
minimal tujuan yang diharapkan.
c. Prognosis
Prognosis merujuk pada aktivitas
penyusunan rencana atau program yang diharapkan dapt membantu mengatasi masalah
kesulitan belajar siswa . prognosis ini dapat berupa :
1) Bentuk treatmen yang harus diberikan
2) Bahan atau materi yang diperlukan
3) Metode yang akan digunakan
4) Alat bantu belajar mengajar yang diperlukan
5) Waktu kegiatan dilaksanakan
d. Terapi atau pemberian bantuan
Terapi disini adalah pemeberian bantuan kepada
anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun
pada tahap prognosis . Bentuk terapi yang dapat diberikan antara lain melalui :
1) Bimbingan belajar kelompok
2) Bimbingan belajar individual
3) Pengajaran remedial
4) Pemberian bimbingan pribadi
5) Alih tangan kasus
e. Tindak lanjut atau follow up
Tindak lanjut atau follow up adalah usaha untuk
mengetahui keberhasilan batuna yang telah diberikan kepada siswa dan tindak lanjutnya
yang didasari haisl evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan dalam upaya
pemeberian bimbingan .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar