Inovasi Pembelajaran
2.1. Quantum Learning
1. Sejarah Quantum Learning
Tokoh utama di balik pembelajaran
kuantum adalah Bobbi DePorter, seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun di
bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah semua bisnisnya bangkrut
akhirnya menggeluti bidang pembelajaran.Dialah perintis, pencetus, dan
pengembang utama pembelajaran kuantum.Semenjak tahun 1982 DePorter mematangkan
dan mengembangkan gagasan pembelajaran kuantum di SuperCamp, sebuah lembaga
pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows, Negara Bagian California, Amerika
Serikat.SuperCamp sendiri didirikan atau dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah
perusahahan yang memusatkan perhatian pada hal-ihwal pembelajaran guna
pengembanga potensi diri manusia. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama
Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah
Singer-Nourie, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan
gagasan-gagasan pembelajaran kuantum kepada para remaja di SuperCamp selama
tahun-tahun awal dasawarsa 1980-an.
Dia belajar dari Dr. Georgi Lozanov,
seorang pendidik berkebangsaan bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang
disebutnya sebagai “Suggestology” atau “Suggestopedia “.prinsipnya
adalah bahwa Sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan
setiap detail apapun dapat ,memberikan sugesti positif ataupun negatif. Istilah
lain dari suggestology adalah accelerated learning ( pemercepatan
belajar).
Demikianlah, metode pembelajaran
kuantum merambah berbagai tempat dan bidang kegiatan manusia, mulai lingkungan
pengasuhan di rumah (parenting), lingkungan bisnis, lingkungan perusahaan,
sampai dengan lingkungan kelas (sekolah).Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pembelajaran
kuantum merupakan falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum,
tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.
Falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum yang telah dikembangkan, dimatangkan, dan diujicobakan tersebut selanjutnya dirumuskan, dikemukakan, dan dituliskan secara utuh dan lengkap dalam buku Quantum Learning.
Falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum yang telah dikembangkan, dimatangkan, dan diujicobakan tersebut selanjutnya dirumuskan, dikemukakan, dan dituliskan secara utuh dan lengkap dalam buku Quantum Learning.
2. Pengertian Quantum Learning
Quantum learning ialah kiat,
petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman
dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu untuk melakukan eksperimen
yang disebutnya suggestology (suggestopedia).
Quantum learning sebagai
“interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.”Mereka mengamsalkan
kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan
mengutip rumus klasik E = mc2, mereka alihkan ihwal energi itu ke dalam analogi
tubuh manusia yang “secara fisik adalah materi”.
Quantum learning mencakup
aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian
tentang bagaimana otak mengatur informasi.Program ini meneliti hubungan antara
bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian
siswa dan guru.
Aspek dalam Quantum
Learning
Aspek-aspek
Quantum Learning
|
Penjelasan
|
Lingkungan belajar
|
Suasana belajar di rumah dan lingkungan sekolah
seperti, tenang, bersih, pencahayaan, iringan music, dan sebagainya
|
Sikap positif terhadap kegagalan
|
Memandang
kegagalan sebagai keberhasilan yang tertunda
|
Gaya belajar
|
Cara untuk mempelajari segala informasi baru,
bagaimana menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi tersebut
|
Teknik mencatat
|
Mencatat
berbagai kejadian atau hasil yang diperoleh dalam proses belajar
|
Teknik menulis
|
Mengkomunikasikan pikiran dan pengalaman kepada
orang lain ke dalam bentuk tulisan
|
Kekuatan ingatan
|
Menyimpan
apapun dan hanya mengingat apa yang di perlukan dan yang mempunyai arti dalam
hidup
|
Kekuatan membaca
|
Membaca dengan cepat, yaitu dengan memehami,
memilah, dan menyimpan segala jenis informasi
|
Berpikir kreatif
|
Selalu
mempunyai rasa ingin tahu, ingin memcoba, berpetualang, serta intuitif
|
Pada kaitan inilah, quantum learning menggabungkan
sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan
metode tertentu.
3. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran
Quantum Learning
Ø Tujuan Pembelajaran Quantum
Learning:
1.
Tumbuhnya emosi positif,
2.
kekuatan otak
3.
keberhasilan
4.
kehormatan diri
Ø
Manfaat Pembelajaran Quantum Learning:
1.
Sikap Positif
2.
Motivasi
3.
Belajar Aktif
4.
Membangun dan Mempertahankan lingkungan positif
5.
Kepercayaan diri
6.
Sukses
4. Karakteristik Pembelajaran
Quantum Learning
•
Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum
meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai.
• Pembelajaran kuantum berupaya
memadukan [mengintegrasikan], menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi-diri
manusia selaku pembelajar dengan lingkungan [fisik dan mental] sebagai konteks
pembelajaran.
•
Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan
bermakna, bukan sekadar transaksi makna.
•
Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan
taraf keberhasilan tinggi.
•Pembelajaran
kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan
keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.
•
Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting
proses pembelajaran
5. Strategi Pembelajaran Quantum
Learning
Teknologi baru terutama multimedia
mempunyai peranan semakin penting dalarn pembelajaran. Banyak orang percaya
bahwa multimedia akan dapat membawa kita kepada situasi belajar dimana learning
with effort akan dapat digantikan dengan learning with fun. Apalagi dalam
pembelajaran orang dewasa, learning with effort menjadi hal yang cukup
menyulitkan untuk dilaksanakan karena berbagai faktor pembatas, seperti kemauan
berusaha, mudah bosan dll. Jadi proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif,
tidak membosankan menjadi pilihan para guru/fasilitator. Jika situasi belajar
seperti ini tidak tercipta, paling tidak multimedia dapat membuat belajar lebih
efektif menurut pendapat beberapa pengajar.
Sedangkan Strategi pembelajaran yang
lain, Seperti:
• Teori otak kanan/kiri
• Teori otak triune (3 in 1)
• Pilihan modalitas (visual,
auditorial, dan kinestetik)
• Teori kecerdasan ganda
• Pendidikan holistik (menyeluruh)
• Belajar berdasarkan pengalaman
• Belajar dengan symbol
• Simulasi/permainan
6. Perbedaan Quantum Learning dan
Quantum Teaching
Quantum Teaching dan Quantum
Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas Boby DePorter yang
diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat.
1. Quantum Teaching diarahkan untuk
proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa,
merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Quantum Teaching terangkum
dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan
Rayakan.
2. Quantum Learning merupakan konsep
untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip
sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan.Pola Quantum Teaching
terangkum dalam konsep AMBAK yakni Apa Manfaatnya Bagiku
Jadi, Quantum Teaching diperuntukkan
guru dan Quantum Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai
pembelajar.
2.2. E- learning
1. Pengertian E-Learning
Banyak pakar pendidikan memberikan defenisi
mengenai e-learning, seperti yang dipaparkan oleh Thomson, Ganxglass, dan Simon
(dalam Siahaan, 2004) bahwa e-learning merupakan suatu pengalaman belajar yang
disampaikan melalui teknologi elektronika. Secara utuh e-learning (pembelajaran
elektronik) dapat didefenisikan sebagai upaya menghubungkan pembelajar (peserta
didik) dengan sumber belajarnya (database, pakar/instruktur,
perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat
saling berkomunikasi, berinteraksi atau berkolaborasi secara (secara langsung/synchronous
dan secara tidak langsung/asynchronous). E-learning merupakan bentuk
pembelajaran/pelatihan jarak jauh yang memanfaatkan teknologi telekomunikasi
dan informasi , misalnya internet, video/audiobroadcasting,
video/audioconferencing, CD-ROOM (secara langsung dan tidak langsung).
Kegiatan e-learning termasuk dalam model pembelajaran individual. Menurut
Loftus (2001) dalam Siahaan (2004) kegiatan e-learning lebih bersifat
demokratis dibandingkan dengan kegiatan belajar pada pendidikan konvensional,
karena peserta didik memiliki kebebasan dan tidak merasa khawatir atau
ragu-ragu maupun takut, baik untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan
pendapat/tanggapan karena tidak ada peserta belajar lainnya yang secara fisik
langsung mengamati dan kemungkinan akan memberikan komentar, meremehkan, atau
mencemoohkan pertanyaan maupun pernyataannya.
Profil peserta e-learning adalah seseorang
yang :
(1) mempunyai motivasi belajar mandiri yang
tinggi dan memiliki komitmen untuk belajar secara bersungguh-sungguh karena
tanggung jawab belajar sepenuhnya berada pada diri peserta belajar itu sendiri
(2) senang belajar dan melakukan
kajian-kajian, gemar membaca demi pengembangan diri terus menerus, dan yang
menyenangi kebebasan
(3)mengalami kegagalan dalam mata pelajaran
tertentu di sekolah konvensional dan membutuhkan penggantinya, atau yang
membutuhkan materi pelajaran tertentu yang tidak disajikan oleh sekolah
konvensional setempat maupun yang ingin mempercepat kelulusan sehingga
mengambil beberapa mata pelajaran lainnya melalui e-learning, serta yang
terpaksa tidak dapat meninggalkan rumah karena berbagai pertimbangan.
C. Fungsi
Pembelajaran Elektronik (e-learning)
Menurut Siahaan (2004),
setidaknya ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan
pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction) :
1.Suplemen (tambahan) Dikatakan
berfungsi sebagai suplemen apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih,
apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal
ini tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi
pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang
memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.
2.Komplemen (pelengkap) Dikatakan
berfungsi sebagai komplemen apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan
untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam
kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan
untuk melengkapi materi pengayaan atau remedial.Dikatakan sebagai pengayaan
(enrichment), apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai/
memahami materi pelajaran yang disampaikan pada saat tatap muka diberi kesempatan
untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus
dikembangkan untuk mereka.Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan
terhadap materi pelajaran yang telah diterima di kelas. Dikatakan sebagai
program remedial, apabila peserta didik yang mengalami kesulitan memahami
materi pelajaran pada saat tatap muka diberikan kesempatan untuk memanfaatkan
materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk
mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin mudah memahami materi pelajaran
yang disajikan di kelas.
3.Substitusi (pengganti) Dikatakan sebagai
substitusi apabila e-learning dilakukan sebagai pengganti kegiatan belajar,
misalnya dengan menggunakan model-model kegiatan pembelajaran.
(1) sepenuhnya secara tatap
muka (konvensional)
(2) sebagian secara tatap
muka dan sebagian lagi melalui internet
(3) sepenuhnya melalui
internet.
D. Penyelenggaraan
E-Learning
Pembelajaran elektronik (e-learning)
telah dimulai pada tahun 1970-an. Kegiatan belajar yang bagaimanakah yang dapat
dikatakan sebagai e-learning? Apakah seseorang yang
menggunakan komputer dalam kegiatan belajarnya dan melakukan akses berbagai
informasi (materi pembelajaran) dari internet dapat dikatakan telah melakukan
e-learning? Ilustrasi berikut merupakan kegiatan e-learning (dalam Siahaan,
2004) :Ada seseorang yang membawa laptop ke sebuah tempat. Dia melakukan
akses terhadap berbagai materi program pelatihan yang tersedia. Tidak ada
layanan bantuan belajar dari tutor maupun dukungan layanan belajar bentuk
lainnya. Dalam konteks ini, apakah orang tersebut dapat dikatakan telah
melaksanakan e-learning?Jawabnya adalah TIDAK.Mengapa? Karena yang bersangkutan
di dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukannya tidak memperoleh layanan
bantuan belajar dari tutor maupun layanan bantuan belajar lainnya. Bagaimana
kalau yang bersangkutan mempunyai telepon genggam kemudian menghubungi seorang
tutor?Apakah dalam konteks ini dapat dikatakan bahwa yang bersangkutan telah
melaksanakan e-learning? Jawabnya YA.Dari ilustrasi di atas, setidaknya dapat
ditarik 3 (tiga) hal penting sebagai persyaratan kegiatan belajar elektronik
(e-learning), yaitu :
a.kegiatan pembelajaran
dilakukan melalui pemanfaatan jaringan (misalnya penggunaan internet)
b.tersedianya dukungan
layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik, misalnya CD-Room,
atau bahan cetak.
c.tersedianya dukungan
layanan tutor yang dapat membantu peserta didik apabila mengalami kesulitan.
Di samping ketiga persyaratan tersebut
masih dapat ditambahkan persyaratan lainnya, seperti adanya :
(a) lembaga yang
menyelenggarakan/ mengelola kegiatan e-learning.
(b)sikap positif dari
peserta didik dan pendidik/tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan
internet.
(c) rancangan sistem
pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap peserta didik.
(d) sistem evaluasi
terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta didik.
(e) mekanisme umpan balik
yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.
Ada beberapa pertimbangan
untuk menggunakan e-learning dewasa ini, antara lain :
a. harga perangkat
komputer semakin lama semakin terjangkau (tidak lagi diperlakukan sebagai
barang mewah).
b.Peningkatan kemampuan
perangkat komputer dalam mengolah data lebih cepat dan kapasitas penyimpanan
data semakin besar.
c.Memperluas akses atau
jaringan komunikasi.
d.Memperpendekjarah dan
mempermudah komunikas.
e.Mempermudah pencarian
atau penelusuran informasi melalui internet.
E. Manfaat
e-Learning
—
Pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
—
Bertambahnya Interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru
atau instruktur (interactivity enhancement).
—
Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (global audience).
—
Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran
—
(easy updating of content as well as archivable capabilities).
—
Menghemat waktu proses belajar mengajar
—
Mengurangi biaya perjalanan
—
Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan,
buku-buku)
—
Melatih pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan
F. Elemen e-Learning
1.
Informasi tentang unit-unit terkait dalam proses belajar mengajar / transfer knowledge :
—
Tujuan dan sasaran
—
Silabus
—
Metode pengajaran
—
Jadwal
—
Exercise
—
Jadwal Ujian
—
Daftar referensi atau bahan bacaan
2. Kemudahan akses ke sumber referensi
—
Diktat
—
Bahan presentasi
—
Contoh ujian yang lalu
—
FAQ (frequently asked questions)
—
Sumber-sumber referensi untuk
pengerjaan tugas
—
Situs-situs bermanfaaat
—
Artikel-artikel dalam jurnal online
3. Komunikasi dalam ruangan
—
Forum diskusi online
—
Mailing list diskusi
—
Papan pengumuman yang menyediakan informasi (perubahan
jadwal,informasi tugas dan deadline-nya)
4. Penilaian
—
Kuis, Latihan
—
Tugas, Ujian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar