Dasar - Dasar Pengembangan Kurikulum
1.
Pengertian Kurikulum
Pengertian
Kurikulum dapat diartikan dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti
sempit, kurikulum berarti pelajaran tentang bidang studi sedangkan dalam arti
luas, kurikulum berarti semua yang dipelajari siswa baik di sekolah maupun di
luar sekolah sejauh relevan dengan tujuan pendidikan.
Dimyati
dan Mudjiono (1999; 267) menyimpulkan bahwa kurikulum itu:
a. Sebagai jalan meraih ijazah
b. Sebagai mata dan isi pelajaran
c. Sebagai rencana kegiatan
pembelajaran
d. Sebagai hasil belajar
e. Sebagai pengalaman belajar
Menurut
Hass (dalam Waspodo 2004; 3), kurikulum tepat diberi makna sebagai semua
pengalaman yang dimiliki oleh setiap pembelajar dalam program pendidikan yang
diarahkan kepada tercapainya tujuan yang luas dan harus dihubungkan dengan
tujuan-tujuan tertentu yang yang direncanakan atas dasar kerangka teoritik dan
hasil-hasil penelitian atau praktek profesional pada masa lalu dan saat ini.
Menurut
Taba (1962; 425) ada empat elemen dalam kurikulum yaitu:
a. Tujuan
b. Mata pelajaran
c. Metode dan organisasi
d. Evaluasi
Dalam UU Republik Indonesia nomor
2 tahun 1989 pasal 1 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan belajar mengajar (Depdikbud: 1989; 3).
Memahami
makna kurikulum mengisyaratkan bahwa pelaksanaannya sekurang-kurangnya terdapat
dua persoalan pokok yaitu:
a. Kurikulum aktual yang menunjuk
pada aktualisasi program yang terancang secara sistematis. Wujud nyata
kurikulum seperti ini adalah mata pelajaran yang diajarkan, waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan proses pembelajaran, media yag digunakan, evaluasi
yang digunakan guru, dan sebagainya.
b. Kurikulum tersembunyi (Hidden
Curiculum) yaitu sejumlah pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa namun
tidak dirancang dan tidak dinyatakan secara nyata dalam pencapaiannya.
Pada dasarnya pada
pembelajaran banyak kegiatan yang tersembunyi yang tidak secara eksplisit
dirancang oleh guru. Menurut Waspodo (2004; 3) pada kenyataannya justru
kurikulum tersembunyi yang mendominasi proses pembelajaran dan bukan kurikulum
aktual. Dampak pengembangan kurikulum tersembunyi juga cukup signifikan dalam
pengembangan kemampuan siswa.
2.
Landasan Pengembangan
Pengembangan
kurikulum adalah suatu proses yang menentukan bagaimana pembuatan kurikulum
akan berjalan (Dimyati dan Mudjiono; 1999; 268). Kurikulum merupakan wahana
belajar mengajar yang dinamis yang menentukan penilaian dan perlu dikembangkan
secara terus menerus dan berkelanjutan sesuai perkembangan yang ada dalam
masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum yang terbaik meliputi:
a. Kemudahan-kemudahan suatu
analisis tujuan
b. Rancangan suatu program
c. Penerapan serangkaian pengalaman
yang berhubungan
d. Peralatan dan evaluasi
Agar
pengembangan kurikulum dapat berhasil sesuai dengan yang diinginkan maka
pengembangan kurikulum diperlukan landasan-landasan yang mengacu pada tiga
unsur, yaitu:
a. Nilai dasar yang merupakan
falsafah dalam pendidikan manusia seutuhnya
b. Fakta empirik yang tercermin dari
pelaksanaan kurikulum baik berdasarkan penilaian kurikulum, studi maupun survei
lainnya.
c. Landasan teori yang menjadi arah
pengembangan dan kerangka penyorotnya
Dalam
mengembangkan kurikulum harus memperhatikan landasan-landasan pengembangan
kurikulum. Landasan tersebut adalah:
a. Landasan filosofis
b. Landasan sosial budaya dan agama
c. Landasan IPTEK dan seni
d. Landasan kebutuhan masyarakat
e. Landasan pengembangan masyarakat
1. Landasan Filosofis
Pendidikan
berada dalam kehidupan masyarakat sehingga apa yang dikehendaki oleh masyarakat
untuk dilestarikan melalui pendidikan. Dengan demikian pandangan dan wawasan
yang ada dalam masyasrakat merupakan pandangan dan wawasan dalam pendidikan.
Oleh karena itu, landasasn filosofis pengembangan kurikulum adalah hakikat
realistis, ilmu pengetahuan, sisstem nilai, dan hakikat pikiran yang ada dalam
masyarakat.
2. Landasan Sosial Budaya dan Agama
Realitas
sosial budaya dan agama yang ada di masyarakat merupakan bahan kajian
pengembangan kurikulum. Pendidikan yang dirancang melalui kurikulum
dimanfaatkan untuk melaksanakan, melestarikan dan menerima nilai-nilai sosial
budaya dan agama yang menjadi pegangan hidup dalam interaksi sosial.
3. Landasan Ilmu Pengetahuan
Teknologi dan Seni
Mengingat
pendidikan merupakan upaya penyiapan siswa menghadapi perubahan yang semakin
pesat, termasuk didalamnya perubahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,
maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.
4. Landasan Kebutuhan Masyarakat
Adanya
perbedaan antara masyarakat satu dengan yang lain sebagian besar disebabkan
oleh kualitas kualitas individu yang menjadi masyarakat tersebut. Di sisi lain
kebutuhan masyarakat pada umumnya berpengaruh terhadap individu-individu
anggota masyarakat. Oleh karena itu pengembangan kurikulum harus ditekankan pada
pengembangan individu yang mencakup keterkaitannya dengan lingkungan sosial
setempat.
5. Landasan Pengembangan Masyarakat
Perkembangan
masyarakat akan menuntut tersedianya proses pendidikan yang sesuai. Untuk
menciptakan proses pendidikan yang sesuai dengan pengembangan masyarakat maka
diperlukan rancangannya berupa kurikulum yang landasan pengembangannya
perkembangan masyarakat itu sendiri.
3.
Prinsip-prinsip Pengembangan
Kurikulum
Berbagai
prinsip pengembangan kurikulum diantaranya prinsip relevansi, prinsip
kontinuitas dan prinsip fleksibelitas.
1. Prinsip relevansi
Relevansi
berarti sesuai antara komponen tujuan, isi, organisasi, dan evaluasi kurikulum
serta sesuai dengan kebutuhan masyarakat baik dalam pemenuhan tenaga kerja
maupun warga masyarakat yang diidealkan. Nana Sy (1988; 167-168) membedakan
relevansi jadi dua macam, yakni relevansi keluar maksudnya, tujuan, isi, dan
proses belajar yang tercakup dalam kurikulum, hendaknya relevan dengan
tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Sedangkan relevansi ke dalam
yaitu terjalin relevansi di antara komponen-komponen kurikulum yaitu, tujuan,
isi, proses penyampaian, dan evalusi.
2. Prinsip Kontinuitas
Komponen
kurikulum yakni tujuan, isi, organisasi dan evaluasi dikembangkan secara
bekesinambungan baik secara vertikal maupun secara horizontal. Secara vertikal
menurut adanya kerja sama antara pengembangan kurikulum jenjang pendidikan
dasar, menengah dan jenjang pendidikan tinggi. Sedangkan secara horizontal
dapat diartikan pengembangan kurikulum dilakukan secara terpadu.
3. Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum
harus mampu disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat dan waktu yang
selalu berkembang tanpa merombak tujuan pendidikan yang harus dicapai. Prinsip
fleksibilitas menuntut adanya keluwesan dalam mengembangkan kurikulum tanpa
mengorbankan tujuan yang akan dicapai.
Dalam
pendekatan kurikulum ada beberapa pendekatan yang setiap pendekatan ada ciri
masing-masing. Pada mulanya dikenal pendekatan kurikulum yang berpusat pada
guru (teacher centered curiculum) kemudian diganti dengan kurikulum yang
menggunakan pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran (subject centered
curiculum). Pendekatan berikutnya dalam pengembangan kurikulum berpusat pada
kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa (competency based curiculum).
Pemikiran ini muncul dikaitkan dengan pandangan bahwa lulusan dari suatu jalur,
jenis dan jenjang pendidikan tertentu harus menguasai kemampuan yang
diprogramkan, terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan lulusan dalam dunia
kerja. Saat ini sedang dirintis pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK).
4.
Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum
berbasis kompetensi merupakan kurikulum yang dirancang atas dasar outcome base,
yaitu kurikulum yang berorientasi pada hasil yang berupa kompetensi yang
dimiliki siswa setelah melaksanakan sejumlah pengalaman belajar.
Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) adalah kurikulum yang didasarkan pada prinsip
relevansi, terutama relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Oleh karena itu,
kurikulum ini berusaha menterjemahkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan
oleh manusisa untuk hidup di masyarakat dengan seperangkat kompetensi yang
diajarkan di sekolah.
Secara
teoritis dasar filosofis Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah psikologi
ehavioristik (Hasan, 2002; 6). Hal ini tampak pada penggunaan rumusan tujuan
yang terukur dan teramati dalam setiap kegiatan pembelajaran. Tujuan yang
teramati dan terukur itu juga untuk menentukan apakah tujuan sudah tercapai.
Dalam hal ini kompetensi pencapaian kompetensi siswa dilihat dari perilaku yang
tampak menunjukkan suatu kompetensi telah dikuasai.
Adapun
kekuatan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi bahwa kurikulum ini lebih
mendekatkan siswa kepada kebutuhan masyarakat secara nyata, sedangkan
kelemahannya adalah lebih cocok diterapkan pada pengetahuan tingkat rendah,
terlalu menyederhanakan kompetensi dengan suatu yang teramati dan terukur,
serta sulitnya mengejar kemampuan industri dan dunia kerja yang merupakan
saasaran akhir dari kegiatan pembelajaran.
Menurut
Karhami (2002) pengembangan kurikulum berbasis kompetensi didasarkan pada
hal-hal berikut:
a. Pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi berorientasi pada pencapaian hasil dan dampakanya yang dirumuskan
dalam bentuk kompetensi
b. Kurikulum berbasis kompetensi
bertitik tolak dari kompetensi yang diharapakan dimiliki siswa setelah
menyelesaiakan pendidikannya
c. Di tingkat pusat dikembangkan
kompetensi dasar yang harus dikembangkan oleh daerah atau sekolah yang beruapa
silabus dan perangkat pembelajaran
d. Pengembangan kurikulum yang utuh
dan menyeluruh mencakup pembentukan karakter, penguasaan keterampilan hidup dan
akademik, hidup sehat dan mengapresiasi seni melalui kegiatan intra dan
ekstrakurikuler
e. Untuk menjamin kompetensi dasar
dapat dicapai perlu diterapkan prinsip dasar tuntas dan kegiatan pembelajaran
di kelas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar